Situbondo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mendorong petani kopi setempat kembali menggunakan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk urea dan juga agar kualitas kopi tetap terjaga.

Bupati Situbondo Karna Suswandi mengatakan bahwa penggunaan pupuk urea secara terus-menerus atau kontinyu dapat mempengaruhi terhadap kualitas kopi, dan sehingga secara otomatis berdampak kepada nilai jual.

Menggunakan pupuk urea terus-menerus kualitas kopinya kurang bagus dan urea hanya menghijaukan daun.

"Makanya kami ajak petani kembali memakai pupuk organik, Insya-Allah buah kopi lebat dan kualitas terjaga," katanya usai acara panen tanaman kopi milik petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Kopi Sumber Makmur Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo, Jatim, Minggu.

Bung Karna, sapaan Bupati Situbondo Karna Suswandi, mengemukakan bahwa pihaknya telah meminta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat agar memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik kepada kelompok petani kopi di kawasan lereng Gunung Argopuro itu.

Menurut dia, bahan baku untuk membuat pupuk organik mudah didapat, seperti kotoran hewan ternak sapi maupun kambing/domba, pelapukan sisa tanaman.

"Insya-Allah pelatihan pembuatan pupuk organik segera terealisasi, karena bahan pupuk organik mudah diperoleh," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Petani Kopi Sumber Makmur Situbondo, Joko Santoso mengatakan bahwa kebun kopi rakyat jenis arabika maupun robusta di kawasan lereng Gunung Argopuro itu produktivitasnya rata-rata 20 ton per hektare per tahun (satu musim).

"Kebun kopi rakyat di Kecamatan Sumbermalang tidak kalah dengan daerah lainnya, termasuk di perkebunan kopi Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa," ujarnya.

Awal bulan Juni 2023 ratusan petani kopi di Kecamatan Sumbermalang (wilayah barat Situbondo) mulai panen, dan petik kopi ini akan berlangsung hingga empat bulan ke depan.

Di Kecamatan Sumbermalang, Situbondo, tercatat sebanyak 460 petani kopi yang tergabung dalam Paguyuban Petani Kopi Sumber Makmur, dan masing-masing petani memiliki luas lahan antar 1 hektare hingga 2 hektare.

Baca juga: Pupuk kandang menyelamatkan lahan pertanian dari perubahan iklim

Baca juga: Presiden dorong petani gunakan pupuk organik lokal

Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023