Indikator ekonomi Indonesia yang positif memberikan amunisi baik bagi rupiah untuk menghadapi dolar AS.
Jakarta (ANTARA) - Analis ICDX Revandra Aritama menganggap indikator ekonomi Indonesia yang positif memberikan amunisi baik bagi rupiah untuk menghadapi dolar Amerika Serikat (AS).

"Untuk hari ini sentimen dari dalam negeri, pengumuman inflasi bulan Mei yang disebut berada di kisaran 4 persen. Selain itu, industri manufaktur Indonesia juga disebut masih mengalami ekspansi," ujar Revandra, di Jakarta, Senin.

Menurut Revandra, nilai inflasi di kisaran 4 persen ini sudah berada pada target yang dipasang Bank Indonesia. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa kondisi ekonomi Indonesia berada di level yang baik di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global.

Lebih lanjut, pertumbuhan industri manufaktur disebut menjadi salah satu indikasi bahwa ekonomi mengalami pertumbuhan yang baik. "Walaupun tidak secara langsung jika manufaktur tumbuh, mata uang juga ikut menguat. Namun, aktivitas ekonomi berjalan dengan baik, potensi penyerapan tenaga kerja, konsumsi barang juga tumbuh," ujarnya lagi.

Kendati ekspansi industri manufaktur suatu negara memiliki dampak terhadap banyak sektor, tetapi perlu diingat bahwa ada faktor lain yang mendorong penguatan rupiah. Misalnya, keberhasilan untuk menekan inflasi, neraca dagang yang positif, dan masuknya arus modal dari luar.

Selain faktor domestik, Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan bahwa ​penguatan rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini dipengaruhi kesepakatan senat AS terkait debt-ceilling Pemerintah AS menjadi Rancangan Undang-Undang (RUU) dan data pengangguran AS di bulan Mei 2023 yang memburuk.
​​
"Adapun faktor domestik yang mendorong penguatan rupiah adalah ekspektasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 yang tinggi di level 5,7 persen. "(Faktor lainnya adalah) laju inflasi Mei (2023) diperkirakan masih pada level yang rendah," kata Rully.

Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank mengalami penguatan sebesar 0,69 persen atau 103,5 poin dari sebelumnya Rp14.994 per dolar AS menjadi Rp14.890 per dolar AS.

Sepanjang hari, pergerakan rupiah dari Rp14.870-Rp14.902 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah masih karena ekspektasi kenaikan bunga Fed
Baca juga: Rupiah pada Senin pagi menguat jadi Rp14.894 per dolar AS

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023