Praktik ekonomi sirkular bisa sangat bermanfaat untuk mengelola sampah khususnya plastik secara berkelanjutan.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtyas menilai praktik ekonomi sirkular bisa sangat bermanfaat untuk mengelola sampah khususnya plastik secara berkelanjutan.

“Kalau bicara ekonomi sirkular, sudah barang tentu berbicara dari hulu ke hilir dan terjadilah suatu siklus yang berputar, yang itu mempunyai nilai jika dia berjalan setiap siklus tersebut,” ungkap Prima saat diskusi daring, Senin.

Praktik ekonomi sirkular berkaitan dengan pemilahan limbah plastik sejak awal sehingga ekonomi sirkular dinilai bisa berpengaruh terhadap pengurangan limbah plastik.

“Kalau kita mengalahkan polusi plastik, tentu dengan pemilahan (sampah) kita sudah bisa mengurangi limbah. Kita sudah bisa memilahkan limbah plastik itu dari awal,” kata Prima.

Baca juga: KLHK terapkan ekonomi sirkular untuk pengelolaan sampah berkelanjutan

Dari sisi pengelolaan sampah, praktik ekonomi sirkular dapat diwujudkan dengan pengurangan sampah, desain ulang, penggunaan kembali, produksi ulang, dan daur ulang sampah secara langsung. Ekonomi sirkular juga bisa dilakukan melalui transfer teknologi dan penerapan model bisnis baru.

Dengan demikian, Prima memaparkan, ekonomi sirkular bisa memperpanjang umur pakai produk serta memperbaiki, memperbarui atau mendaur ulang produk yang sudah tidak terpakai. Praktik ekonomi sirkular juga akan mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA).

“Manfaat yang kedua sudah barang tentu efisiensi sumber daya alam. Jadi, mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku baru dan mengurangi dampak ekstraksi dari sumber daya alam. Dan juga akan ada inovasi dan lapangan kerja baru,” kata Prima.

Baca juga: Terapkan ekonomi sirkular, Menperin dukung pabrik daur ulang plastik

Kendati demikian, Prima menyampaikan bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan sistem ekonomi sirkular. Salah satu tantangannya adalah pola pikir masyarakat terhadap sistem itu.

Menurut Prima, masih ada orang yang menganggap praktik ekonomi sirkular adalah mahal dan tidak mudah dilakukan, sementara sampah dianggap tidak bernilai ekonomi.

“Bisa kita lakukan dengan mengubah pola pikir dan perilaku semua masyarakat. Menurut saya, di momen Hari Lingkungan Sedunia ini, sangat baik untuk semua pihak sadar,” kata Prima.

Kepala Center for Sustainability & Waste Management UI Mochamad Chalid menyampaikan bahwa cara pandang atau paradigma masyarakat harus diubah menjadi ekonomi sirkular. Sebab, sistem itulah yang bisa menjadi pilihan ketika tidak ada pilihan selain menggunakan sampah plastik.

Baca juga: "Menghijaukan" Indonesia lewat investasi teknologi

Baca juga: Konsep "zero waste" jadi solusi paling realistis untuk tangani sampah

Baca juga: Belajar ekonomi sirkular dari hal-hal sederhana


Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023