Para ibu harus memberikan ASI yang sesuai kebutuhan, terutama selama 1.000 hari pertama bayi setelah lahir ke dunia agar nutrisi tercukupi selama masa pertumbuhan.
Sidoarjo, Jatim (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan bahwa pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif merupakan langkah yang sangat penting untuk mencegah anak mengalami stunting.

“Salah satu penyebab stunting adalah karena dia kurang asupan, ASI kurang bagus dan kurang cukup,” katanya dalam acara Konsolidasi Program Bangga Kencana dan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin.

Ia mengatakan para ibu harus memberikan ASI yang sesuai kebutuhan, terutama selama 1.000 hari pertama bayi setelah lahir ke dunia agar nutrisi tercukupi selama masa pertumbuhan.

Selain dari ASI yang tidak sesuai kebutuhan, kata dia, stunting bisa terjadi karena faktor lain seperti asupan anak yang tidak baik, pola asuh tidak baik, hingga anak yang sering sakit.

Ia menjelaskan asupan anak yang baik adalah makanan yang cukup protein hewani seperti berasal dari ikan, udang, telur dan lain sebagainya.

Diceritakannya bahwa meski dirinya berasal dari keluarga sederhana namun ia selalu berusaha mencukupi kebutuhan protein hewani ketika masa muda.

Bahkan, kata dia, karena orang tuanya tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli ikan atau telur maka ia memakan hewan laron hingga belalang untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.

“Saya anak kedelapan dari delapan bersaudara. Saya tidak stunting karena sering makan protein hewani. Saya banyak makan laron dan belalang. Kalau makan ayam itu jarang kecuali ada kenduren (acara adat),” demikian Hasto Wardoyo.

Baca juga: WHO: Tingkatkan capaian target global pemberian ASI eksklusif anak RI

Baca juga: KemenPPPA: Meski trennya naik pemberian ASI eksklusif belum merata

Baca juga: Seribu hari pertama kehidupan disiapkan untuk cetak pemimpin bangsa

Baca juga: BKKBN: Maknai HUT ke-77 wujudkan anak berkualitas dengan ASI eksklusif


 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023