Untuk antisipasi kekeringan pada luasan kecil, telah disediakan pompa. Namun untuk operasional dibutuhkan BBM dan perlu dukungan semua pihak
Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh menyebut ada lima kabupaten di provinsi itu yang diperkirakan rawan kekeringan seiring fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) pada tahun ini, sehingga berdampak pada musim tanam padi.

Kepala Distanbun Aceh Cut Huzaimah, di Banda Aceh, Jumat, mengatakan hasil pemetaan yang dilakukan terdapat 6.443 hektare lahan sawah yang tersebar di 175 desa, 33 kecamatan dalam lima kabupaten yang rawan mengalami kekeringan pada musim taman gadu tahun ini.

“Yaitu Kabupaten Nagan Raya, Aceh Besar, Aceh Utara, Bireuen, dan Pidie,” katanya.

Pihaknya juga telah menyiapkan rencana solusi untuk mengantisipasi kekeringan sawah akibat perubahan iklim ekstrem itu, dengan menyediakan  93 sumur suntik dan 83 pompa air di lima kabupaten itu.

“Kita juga sedang berupaya mencari solusi agar perusahaan di Aceh bisa menggunakan dana CSR untuk membangun sumur suntik. Bantuan pompa air juga ada, cuma tetap butuh bahan bakar sehingga juga butuh bantuan dari pihak lain,” ujarnya.

Ia merinci di Kabupaten Nagan Raya terdapat 20 hektare sawah yang rawan kering dengan rencana solusi menyiapkan satu sumur suntik. Kemudian 893 hektare lahan rawan kekeringan di Aceh Besar dengan solusi 16 sumur suntik dan 11 pompa air.

Baca juga: 800 hektare sawah di Aceh Besar kekeringan

Selanjutnya, seluas 1.830 hektare lahan sawah yang rawan kekeringan di Aceh Utara dengan solusi 26 sumur suntik dan 11 pompa air, 459 hektare di Bireuen dengan solusi 20 sumur suntik, dan 3.241 hektare lahan di Pidie dengan solusi 30 sumur suntik serta 61 pompa air.

Cut Huzaimah menambahkan luas tanam padi Aceh pada musim tanam gadu atau April-September seluas 170 ribu hektare. Menurutnya, kondisi perubahan iklim ini juga menyulitkan petugas dan petani memprediksikan jadwal tanam yang tepat.

Musim kering berkepanjangan ini menyebabkan debit air sungai berkurang sehingga diperlukan sarana penampungan air seperti waduk, embung, pipanisasi, dan pompanisasi.

“Untuk antisipasi kekeringan pada luasan kecil, telah disediakan pompa. Namun untuk operasional dibutuhkan BBM dan perlu dukungan semua pihak,” ujarnya.

Di sisi lain, juga dibutuhkan asuransi usaha tani untuk mengurangi risiko gagal panen. Tahun ini sebanyak 4.000 hektare lahan telah diikutkan asuransi dengan 80 persen premi ditanggung pemerintah pusat dan 20 persen ditanggung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh.

Baca juga: BMKG imbau warga Aceh waspada karhutla akibat dampak El Nino dan IOD

 

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023