keindonesiaan itu milik bersama
Surabaya (ANTARA) - Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya menekankan pentingnya nilai toleransi di kalangan pemuda melalui kegiatan Kelas Pemikiran Gus Dur yang digelar di kampus setempat, Sabtu.

Kaprodi Fakultas Hukum Untag Surabaya Wiwik Afifah S.Pi., SH., M.H. mengatakan nilai-nilai toleransi penting bagi mahasiswa sebagai bekal patriot muda yang akan mengembang amanah penggerak perdamaian

"Kelas Pemikiran Gus Dur ini merupakan ruang akan membawa mahasiswa untuk bisa merespons kondisi negara kita yang terus maju dalam kehidupan berdemokrasi." kata Wiwik.

Wiwik menambahkan kehidupan demokrasi tersebut telah dihasilkan mulai dari Presiden Soekarno dan kemudian didengungkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Sehingga Gus Dur memiliki sembilan nilai sebagai kerangka bagaimana kita bersikap sebagai patriot muda," ujarnya.

Baca juga: Shinta Nuriyah: Toleransi di Indonesia masih harus disempurnakan
Baca juga: Ketua PBNU ungkap arah toleransi ala Gus Dur


Aktivis Gerakan Sosial, Puspita Ratna mengatakan kekuatan Indonesia berasal dari perbedaan yang beragam hingga dapat menjalankan demokrasi.

Menurut dia, orang dengan latar belakang yang berbeda, memiliki pemikiran yang berbeda dan sumber daya yang berbeda.

"Indonesia jangan diseragamkan, jangan sia-siakan potensi tersebut," ucap Ita, sapaannya.

Ketua YPTA Surabaya J. Subekti S.H., M.M., menjelaskan dalam memaknai demokrasi harus sesuai dengan nafas Pancasila yang memayungi semua identitas suku, agama, ras, dan sebagainya.

"Dalam konteks ini, keindonesiaan itu milik bersama. Sehingga kebangkitan ini memang harus dimiliki oleh semua warga bangsa Indonesia tanpa terkecuali," ujar Ketua Dewan Pembina Roemah Bhinneka itu.

Baca juga: Mendes sebut ajaran Gus Dur soal toleransi sangat relevan
Baca juga: Pesan istri Gus Dur kepada kita, jaga kerukunan umat beragama


Selain itu, menurut dia, mahasiswa memegang peranan penting dalam mewujudkan nilai-nilai toleransi. Estafet kepemimpinan bangsa, lanjutnya, ada di tangan mahasiswa.

"Mahasiswa itu avant-garde. Garda terdepan bagi bagaimana masa depan bangsa Indonesia itu mau dibangun. Saya menyebut mahasiswa itu miniatur masa depan Indonesia. Mau lihat masa depan Indonesia, lihatlah mahasiswanya," ujarnya.

Untuk mempersiapkan diri tersebut, tidak cukup hanya dengan memiliki wawasan nilai-nilai toleransi di kalangan pemuda, namun mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

"Yang paling penting bukan memiliki wawasan nilai toleransi, tapi bagaimana kita punya komitmen menanamkan nilai nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari," tuturnya.

Baca juga: Belajar toleransi di perpustakaan Gus Dur
Baca juga: Akademisi: Pancasila beri ruang bagi setiap komunitas agama
Baca juga: Romo Magnis : Agama yang mengandung kasih dukung Bhinneka Tunggal Ika


Pewarta: Willi Irawan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023