Ujung-ujungnya membentuk partai karena ketidakpuasan dengan kebijakan internal dan tidak sependapat dengan ketua umum serta pengurus-pengurus di partai lama,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menilai konflik internal di tubuh parpol biasanya berujung pada lahirnya partai baru.

"Ujung-ujungnya membentuk partai karena ketidakpuasan dengan kebijakan internal dan tidak sependapat dengan ketua umum serta pengurus-pengurus di partai lama," katanya dalam diskusi politik bertajuk "Parpol dan Mekanisme Penyelesaian Konflik" di Jakarta, Kamis.

Sebastian menilai konflik internal seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang serius karena dapat menyebabkan pecahnya kepengurusan.

"Partai tidak akan dewasa apabila tidak bisa menyelesaikan konflik internalnya sendiri. Bagaimana akan mengurusi bangsa, jika internal partainya saja tidak bisa diselesaikan. Padahal, mereka melahirkan orang-orang yang akan menyelesaikan masalah bangsa," katanya.

Dia menilai parpol memiliki entitas yang berbeda dengan organisasi lain, yakni sebagai badan hukum publik.

"Sebagai hukum publik, ya publik berhak menilai. Kalau banyak pihak yang mengomentari ya wajar. Sekarang ini, parpol seolah-olah terpisah untuk kepentingan dirinya sendiri," katanya.

Hal sama juga disampaikan peneliti Formappi Leo yang menilai sebagian besar kader masih melihat parpol sebagai pekerjaan, bukan sebagai entitas yang harus dihidupkan.

"Padahal, kedaulatan partai itu ada di tangan anggota. Tapi mereka hanya bisa menjadi pengikut (follower) karena masih melihatnya sebagai pekerjaan.

Menurut Leo, seharusnya anggota kader melihat parpol sebagai sesuatu yang harus dihidupkan dan dibangun.

"Parpol itu justru harus dihidupkan dan jika ingin berpartisipasi harus membayar iuran bukan mengharapkan penghidupan para parpol," katanya.

Dia meyakini menghidupi parpol merupakan salah satu kita untuk meningkatkan demokrasi di tubuh partai.

"Jika setiap anggota rajin menghidupi partainya, ini akan meningkatkan demokrasi," katanya.
(J010/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013