Saya ingin menunjukkan bahwa kain tenun ini juga bisa dijadikan industri yang bisa dikembangkan layaknya tenun Makassar."
Jakarta (ANTARA News) - Setelah berhasil memproklamasikan "pendewasaan rancangan" melalui "Mysterious Regal" pada perhelatan fesyen beberapa waktu lalu, Ivan Gunawan kembali memamerkan koleksi terbaru dengan tema "Malolo" yang berarti cantik dalam bahasa Mandar, Sulawesi Barat,

Ivan kembali menampilkan 50 busana pada Indonesia Fashion Week di Jakarta, Kamis.

Perjalanan Ivan ke kota Mandar beberapa waktu lalu, membuatnya jatuh hati pada keindahan alam dan tenun setempat. Dia pun mendapat inspirasi untuk koleksi kali ini.

Maka ini menjadi koleksi pertama Ivan yang menggunakan bahan dasar kain tradisional, setelah 14 tahun berkarya di dunia fesyen Indonesia.

"Saya ingin menunjukkan bahwa kain tenun ini juga bisa dijadikan industri yang bisa dikembangkan layaknya tenun Makassar," tutur Ivan.

Pada pagelaran busana yang terbagi dalam tiga babak itu, Ivan mengolah kain tenun Mandar menjadi 45 busana pesta untuk perempuan dan lima tampilan busana untuk pria.

Bila "Mysterious Regal" menampilkan warna-warna monokrom dengan siluet sederhana, maka "Malolo" mengembalikan Ivan pada warna-warni festival yang ramai.

Tenun Mandar yang identik dengan warna merah maroon dan motif kotak-kotak, diubah oleh Ivan menjadi penuh warna berani seperti kuning, biru, dan merah muda.

"Meskipun 'bustier' (korset) tidak banyak digunakan seperti biasanya, saya kembali kepada warna-warni yang 'playful'," ujar Ivan.

Pada babak pertama, Ivan meramaikan panggung titian dengan ciri khas kaum urban yaitu dengan dominasi rancangan berupa rok mini, rok pensil, serta cloak (rok melebar).

Kesan seksi juga masih ditonjolkan melalui potongan punggung terbuka (backless).

Ivan yang ingin memadukan ciri kaum urban tanpa meninggalkan sisi tradisional Indonesia, memadukan tenun sutera Mandar dengan kain brokat dan detil bordir.

Pada koleksi di babak kedua, kain tenun Mandar tidak terlalu tampak mencolok karena Ivan hanya mengambil intisari dari kain adat ini.

Ivan mengikuti pola dan motif tenun Mandar, yang lalu dicetak menjadi bahan.

"Sepotong kain tenun Mandar prosesnya memakan waktu lama, sehingga proses hingga Februari tidak terkejar. Maka saya mengakali dengan mencetak motifnya supaya mudah dikenal," kata Ivan.

Ivan tampak berusaha untuk menciptakan kesan elegan dan membawa kecantikan alam Mandar melalui motif cetak bunga super besar yang dipadu dengan motif tenun Mandar.

Motif tenun Mandar yang dipadu dengan motif super besar dari bunga peoni, tulip, dan anggrek, dicetak di atas bahan duchess, organdi, beludru, serta lace (renda).

Siluet 'A-line' serta siluet duyung yang klasik mendominasi karya Ivan pada babak kedua ini. Yang menjadi catatan penting pada babak kedua ini adalah lima tampilan busana untuk pria.

Ciri Ivan yang meriah dan ramai tampak pada aneka jas pria bergaya formal dengan motif cetak tenun Mandar yang dipadu dengan kain beludru.

"Harus pria-pria bernyawa ganda untuk bisa menggunakan pakaian saya. Karena dari jas, celana, hingga sepatu semua bermotif cetak tenun Mandar," jelas Ivan.

Pada babak ketiga, motif tenun Mandar sudah tidak diperlihatkan Ivan.

Sebagai gantinya, Ivan menggunakan motif bunga-bunga super besar pada gaun 'maxi' (gaun dengan rok yang panjang menutupi kaki dan melebar) di atas kain berbahan chifon, organza, serta sutera.

Sebagai penutup, potongan peplum, serta efek jubah digunakan Ivan untuk empat gaun terakhir yang dipamerkan.

Kesan mewah yang ingin ditampilkan Ivan tertuang pada detil draperi, lipatan, sequins, serta aplikasi bordir berbentuk bunga tiga dimensi dengan taburan payet.

(M048)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013