... di Indonesia jika terjual 2.000 eksemplar saja sudah bisa disebut sebagai buku laris... "
Jakarta (ANTARA News) - Penulis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata, mengaku enggan disebut sebagai sastrawan. Dia lebih nyaman dikenal sebagai penulis.

"Saya lebih nyaman dikenal sebagai penulis dibandingkan sastrawan," ujar lelaki asal Belitung tersebut di Jakarta, Jumat.

Menurut dia percuma disebut sebagai sastrawan, namun karya yang dihasilkannya tidak laku dan tidak dikenal dunia. "Tidak penting sastrawan atau tidak yang penting bagaimana karya saya dikenal orang lain," jelas dia.

Andrea baru-baru ini mendapat pengakuan internasional, dengan pencantuman tulisan International Best Seller untuk Laskar Pelangi edisi Turki.

Laskar Pelangi edisi Turki yakni Gokkusagi Askerleri diterbitkan penerbit ternama, Butik Yayinlari.

Status tersebut dicapai karena tinggi angka penjualan novel itu di beberapa negara yang telah menerbitkan Laskar Pelangi, yakni Australia, Selandia Baru, Amerika, China, Korea dan Vietnam.

Bahkan di Vietnam, Laskar Pelangi telah mengalami cetak ulang. Selain itu, pemesanan melalui toko buku online seperti Amazon.com juga amat tinggi. "Jadi pencantuman tersebut tidak sembarangan. Berbeda dengan di Indonesia jika terjual 2.000 eksemplar saja sudah bisa disebut sebagai buku laris," jelas dia.

Untuk kategori buku laris juga tidak bisa berpatokan pada cetak ulang, karena di setiap negara berbeda-beda jumlah yang dicetak. Andrea memperkirakan novel pertamanya tersebut telah terjual lebih dari 5 juta eksemplar di seluruh dunia. Hal itu berdasarkan royalti yang diterimanya.

Laskar Pelangi menceritakan perjuangan 10 anak-anak asal Desa Gantung, Belitung Timur, dalam meraih cita-cita mereka. Kisah dalam novel tersebut juga telah difilmkan dengan judul yang sama. (*)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013