Ini masalah kriminal dan hanya pemerintah dan polisi yang dapat menanganinya. Tapi tidak ada kemauan politik dari mereka
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sepak Bola Asia akan meningkatkan dan mengobarkan perang terhadap mafia pengaturan skor hasil pertandingan sepak bola.

Tekad itu ditandai dengan pertemuan polisi bersama dengan petinggi sepak bola pada pekan ini, untuk mendiskusikan usaha memerangi mafia sepak bola.

Dua pekan setelah berita yang menyatakan bahwa ratusan pertandingan di dunia diatur hasilnya oleh geng di Asia, maka Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Interpol akan mengadakan pertemuan di Kuala Lumpur, sebagaimana dikutip dari AFP. 

Menurut Europol, 380 pertandingan di Eropa dari sekitar 700 di seluruh dunia, termasuk kompetisi Liga Champions dan penyisihan Piala Dunia, tersangkut dengan sindikat mafia sepak bola di Singapura.

Pengumuman itu semakin membuka mata kalangan terkait, setelah sebelumnya sudah lama diduga ada di Asia dan kini semakin melebar ke seluruh penjuru dunia, utamanya diatur melalui judi "online".

Mantan Sekjen AFC Peter Velappan menyebutkan masalah itu merupakan "puncak dari gunung es" sedangkan pelatih Burkina Faso Paul Put, yang diduga terlibat dalam skandal mengatur hasil laga itu, menyatakan masalah itu lebih besar dari yang dipikirkan pejabat sepak bola saat ini.

Bulan lalu, Sekjen Interpol Ronald Noble mengatakan pengaturan hasil sepak bola itu beromset milyar dolar setiap tahun, lebih besar bila dibandingkan dengan keuntungan perusahaan multinasional seperti minuman raksasa Coca-Cola.

Pada Senin, menyangkut masalah korupsi sepak bola di Asia, China melancarkan serangkaian hukuman dan denda besar bagi yang tersangkut skandal pengaturan pertandingan, sehingga beberapa pejabat sepak bola masuk penjara.

Gelar Shanghai Shenhua, mantan klub Didier Drogba dan Nicolas Anelka, dicoret pada 2003. Poin mereka dikurangi satu untuk musim mendatang, karena ambil bagian dalam masalah kontroversial itu.

Di Thailand, Selasa, koran The Nation melaporkan adanya tuduhan bahwa laga final Piala FA November antara Buriram United dan Army United merupakan sasaran target para pengatur pertandingan.

Skandal lain di wilayah ini, termasuk kompetisi Liga Korea Selatan atau Liga-K - salah satu kompetisi paling sukses di Asia - tapi ternyata banyak pemain yang kena hukum pada 2011.

Malaysia, tuan rumah laga AFC dan tetangganya Singapura, juga tak luput dari masalah serius itu dan badan sepak bola Asia sendiri tersangkut skandal korupsi sampai akhirnya ketuanya Mohemed Bin Hammam, dituduh terlibat masalah suap.

Velappan, Sekjen AFC selama 30 tahun hingga 2007, mengatakan badan sepak bola tidak mampu memecahkan masalah itu sendirian, sehingga perlu mendapat bantuan dari kepolisian dan pemerintah.

"Asosiasi sepak bola tidak punya kekuatan atau kemampuan untuk memecahkan masalah itu. Ini masalah kriminal dan hanya pemerintah dan polisi yang dapat menanganinya. Tapi tidak ada kemauan politik dari mereka," kata Velappan kepada AFP.

Velappan menyatakan, masalah pengaturan pertandingan itu sudah berjumlah "ribuan", bukan "ratusan", dan ia menambahkan bahwa hal itu merupakan "ancaman serius dalam sepak bola."

"Perang terhadap pengaturan hasil pertandingan harus dimulai dari sekarang dan diberantas hingga ke akarnya. Bila tidak, sepak bola Asia tidak akan pernah membaik, bila semua laga masih diatur," kata Vellapan.

Konferensi selama dua hari yang dimulai Rabu akan diisi beberapa pembicara kunci termasuk kepala Interpol.
(ANT)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013