Kami memandang masalah kesehatan reproduksi (kespro) dan seksual sangat penting masuk dalam kurikulum. Kami ingin kespro masuk sebagai mata pelajaran sendiri yang sejajar dengan pelajaran lainnya,"
Kulon Progo (ANTARA News) - Kesehatan reproduksi dan seksual remaja diharapkan masuk dalam kurikulum nasional untuk mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah setingkat sekolah menengah atas, kata peneliti Pusat Kajian dan Seksualitas Universitas Indonesia Gabriella Devi Benedicta.

"Kami memandang masalah kesehatan reproduksi (kespro) dan seksual sangat penting masuk dalam kurikulum. Kami ingin kespro masuk sebagai mata pelajaran sendiri yang sejajar dengan pelajaran lainnya," kata Devi di Kulon Progo, Kamis.

Menurut dia, tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi di kalangan remaja disebabkan minimnya pengetahuan kespro dan seksualitas. Kasus ini banyak terjadi di semua kota besar seperti Jakarta dan Bandung.

"Pendidikan kespro dan seksualitas masih parsial dalam mata pelajaran biologi serta pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Selain itu, hingga saat ini belum ada kebijakan khusus dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang membahas ini," katanya.

Untuk itu, kata dia, Pusat Kajian dan Seksualitas (Puskagenseks) Universitas Indonesia melakukan kerja sama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) membentuk tim kelompok kerja (pokja) untuk mengkaji dan mengadvokasi memasukkan materi kespro dan seksual ke kurikulum nasional.

Pokja bekerja selama tiga tahun, sejak 2012 hingga 2014, dengan lingkup kajian di delapan kota, salah satunya Kulon Progo.

Ia mengatakan berdasarkan hasil kajian pokja di delapan kota yang menjadi lingkup kajian, siswa dan guru merasa membutuhkan materi kespro tersebut masuk kurikulum.

Namun, kata dia, persoalannya belum ada kebijakan spesifik dari Kemendikbud, bahkan isu kespro juga harus bersaing dengan isu korupsi dan narkoba yang juga diwacanakan masuk kurikulum.

"Kami tim pokja mengadvokasi dengan basis data dari daerah. Kami sudah lakukan studi dengan `baseline survey`, dan memetakan kebijakan," katanya.

Pararel dengan itu, menurut dia, di pusat pihaknya juga advokasi ke Kementerian Pendidikan, Kesehatan, dan KPAN untuk memasukkan kespro dalam kurikulum.

Direktur Eksekutif PKBI Kulon Progo Paulo Ngadi Cahyono mengatakan materi kespro dan seksual di sekolah baru sebatas ekstrakurikuler.

Ia menyebutkan ada 16 sekolah setingkat SMA di Kulon Progo yang menjadi pendampingan PKBI terkait pendidikan kespro bagi siswa.

Menurut Paulo, kespro mendesak masuk dalam kurikulum seperti muatan lokal (mulok), karena pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual merupakan kebutuhan remaja.

Pengetahuan itu harus diberikan guna mengurangi informasi yang diperoleh remaja dari sumber yang tidak representatif.

"Kami menargetnya tahun ajaran baru pada Juli-Agustus mendatang sudah masuk jadi mulok," kata Paulo.

(KR-STR/M008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013