China dan desa-desa kanker

  • Oleh Ella Syafputri
  • Sabtu, 23 Februari 2013 23:14 WIB
China dan desa-desa kanker
Distrik finansial Pudong, Shanghai, China, terlihat diselimuti kabut tebal pada Senin (21/1). (REUTERS/Aly Song)
Satu dari tiap empat orang di China meninggal akibat kanker.
Jakarta (ANTARA News) - Departemen Lingkungan Hidup China dalam laporan terbarunya mengakui dampak polusi di negeri itu telah menimbulkan beberapa desa di China menjadi sangat beracun dan menyebabkan banyak kasus kanker.

Laporan resmi pemerintah bertajuk evaluasi dampak zat-zat kimia terhadap lingkungan hidup itu tidak merinci secara jelas tentang definisi "desa-desa kanker".

BBC mengutip laporan pemerintah China yang dirilis pekan ini hanya menyebutkan, "Bahan kimia yang beracun telah menimbulkan kerusakan berat terhadap lingkungan hidup, termasuk polusi air dan udara."

Laporan itu juga menggarisbawahi bahwa bahan-bahan kimia tersebut bisa menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang, dan menyebabkan apa yang disebut dengan "desa-desa kanker".

Polusi di China memang terus menjadi kekhawatiran banyak pihak, terutama di dalam negeri.

Publik China semakin geram dengan polusi udara dan sampah industri yang disebabkan oleh pertumbuhan masif sektor industri di negeri itu.

ANTARA mencatat pada Januari lalu, ibukota negara Beijing dan beberapa kota di China tertutup kabut tebal akibat polusi udara yang melampaui ambang batas kesehatan.

Berdasar alat pemantau polusi udara di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing (29/1), tingkat polutan dengan partikel PM2,5 mencapai 526 mikrogram per meter kubik udara, atau 20 kali lebih tinggi dari angka yang dapat ditoleransi dan aman dihirup manusia berdasar ketetapan WHO.

Sementara itu, kanker telah menjadi penyebab kematian tertinggi di daratan China sejak beberapa tahun terakhir.

Satu dari tiap empat orang di China meninggal akibat kanker. Angka kematian akibat kanker pun melonjak 80 persen dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

Sungai yang tercemar parah dan udara yang sarat dengan polutan, membuat rakyat China terpaksa hidup dalam kondisi lingkungan yang sangat membahayakan kesehatan.

Istilah "desa-desa kanker" sendiri pertama kali muncul di media massa China pada tahun 2009, ketika seorang jurnalis investigatif bernama Deng Fei menuliskan reportase berupa peta desa-desa yang dilanda dampak buruk dari polusi.

Menurut peta Deng Fei, sedikitnya 100 desa di 27 provinsi sudah masuk ke kategori "desa kanker"--yaitu desa yang angka kasus kankernya di atas rata-rata nasional.

Namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh para pegiat lingkungan hidup dan peneliti menyebutkan bahwa jumlah "desa kanker" yang lebih realistis saat ini adalah 400 buah.

Polusi yang demikian masif di China tak pelak disebabkan oleh praktik-praktik industri yang mungkin sudah banyak dilarang di negara-negara maju. Sebagai contoh, pabrik-pabrik besar di China masih sangat mengandalkan bahan bakar batubara.

Di sisi lain, pengakuan pemerintah China atas adanya fenomena "desa-desa kanker" ini dianggap merupakan langkah positif oleh para pegiat lingkungan hidup.

"Pengakuan bahwa masalah ini ada sudah menjadi langkah pertama dan pra-syarat bagi kita untuk benar-benar menyelesaikan persoalan," kata Ma Jun, salah seorang aktifis lingkungan China seperti dikutip BusinessInsider.

Selama ini Pemerintah China cenderung bersikap tidak mengakui fakta bahwa tingkat polusi sudah sangat mengkhawatirkan. Pemerintah memilih memenjarakan demonstran anti-polusi, alih-alih mengambil tindakan tegas melindungi alam dari pencemaran.

"Saat ini pemerintah China, terutama pemerintah pusat, berlaku lebih terbuka soal pencemaran lingkungan hidup. Jauh lebih terbuka dari sebelumnya. Isu dampak kesehatan biasanya menjadi isu yang sensitif karena bisa sangat berpengaruh terhadap stabilitas (politik)," ujar Ma.

(E012)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait