Yogyakarta (ANTARA News) - Suasana duka menyelimuti rumah di Dusun Kopeng, RT 4/ RW 8 Kelurahan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewea Yogyakarta, tempat tinggal Warjono, korban tewas yang ditemukan di dalam bunker di Kaliadem, Jumat. Korban ditemukan tewas di dalam bunker bersama satu korban lainnya, Sudarwanto, Jumat pagi oleh tim evakuasi gabungan. Keduanya terjebak di bunker itu saat awan panas dari Gunung Merapi menerjang kawasan Kaliadem, Rabu (14/6) siang. Setelah mengetahui Warjono (32) tewas, sejak pagi kerabatnya mempersiapkan segala sesuatu untuk proses pemakaman. Jenazah korban yang hingga sekitar pukul 12.00 WIB masih berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta hanya ditunggui ayahnya, Hartowiyono (65). Di antara para pelayat di rumah duka yang terletak sekitar tujuh kilometer dari puncak Merapi atau masuk kawasan rawan bencana (KRB) III itu, tampak Camat Cangkringan, Heri Sutopo, dan Lurah Kepuharjo, Agustina. Keluarga almarhum yang masih mengungsi di barak, di antaranya ibu kandungnya, Ny Tukinem, serta kakak korban dan pamannya, telah dijemput dengan mobil menuju rumah duka. Menurut salah seorang kerabat almarhum, ibunya sengaja belum diberi tahu bahwa anaknya meninggal, karena perempuan tersebut menderita stroke. Rencananya jenazah Warjono dimakamkan seusai shalat Jumat di Pemakaman Umum Kopeng yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah duka. Lelaki lajang Kepala Seksi Monitoring Lahan Forum Pecinta Lingkugan 'Palem' (Pecinta Alam Lereng Merapi) itu merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Menurut salah seorang kakak almarhum, saat terjadi luncuran awan panas ke kawasan Kaliadem, Warjono sedang sibuk ikut mengevakuasi warga untuk mengungsi ke tempat yang aman. Sementara itu, tampak warga di dusun itu sibuk menebang pohon menjelang pemakaman jenazah almarhum. Menurut Ngatijo, salah seorang tetangga almarhum, menebang pohon merupakan tradisi masyarakat setempat apabila ada warga yang meninggal dunia. Kayu dari pohon yang ditebang itu untuk kayu-bakar keperluan memasak. (*)

Copyright © ANTARA 2006