Yogyakarta (ANTARA News) - Hasil otopsi terhadap dua jenazah korban bencana Gunung Merapi oleh Tim Forensik Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta membuktikan bahwa kedua korban tewas karena suhu udara di dalam bunker yang sangat tinggi. "Penyebab kematian kedua korban adalah suhu udara yang tinggi hingga di atas 200 derajad Celcius," kata Kepala Laboratorium Forensik RS Dr Sardjito, dr Lipur Riantiningtyas, yang didampingi anggota tim forensik, dr Ida Bagus Suryaputra, di Yogyakarta, Jumat. Ia juga menegaskan pada tubuh kedua korban tidak ditemukan tanda kekerasan secara mekanik. Kondisi tubuh relawan bernama Sudarwanto tidak begitu gosong karena hanya mengalami luka bakar tingkat dua, atau luka bakar hanya terjadi di kulit bagian luar. "Mungkin karena korban berada di dalam air di bak mandi," katanya. Namun, kondisi tubuh Warjono (32) mengalami luka bakar tingkat empat, karena organ dalam tubuh ikut terbakar. Dikatakannya tim forensik hanya melakukan otopsi terhadap jenazah Warjono, sedangkan jenazah Sudarwanto tidak diotopsi, karena pihak keluarganya menolak. Dengan demikian tim forensik hanya melakukan visum luar terhadap jenazah Sudarwanto. Sudarwanto dan Warjono pada Jumat pagi ditemukan tewas di dalam bunker di Kaliadem, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Keduanya memasuki bunker saat Merapi meluncurkan awan panas besar pada Rabu (14/6) siang. (*)

Copyright © ANTARA 2006