Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan komunikasi dengan perusahaan asal Korea Selatan, Samsung, terkait adanya keberatan Samsung soal Permendag nomor 82 dan 83 tahun 2012.

"Terkait dengan keberatan Samsung dengan Permendag itu, kita akan segera duduk dan berkomunikasi dengan Samsung," kata Gita, di Jakarta, Rabu.

Gita menegaskan, jika semangat Samsung memang untuk membangun pabrik di Indonesia, maka pihaknya bisa mencari jalan atau peluang untuk Samsung.

Permendag Nomor 82 tahun 2012 yang dianggap memberatkan Samsung tersebut mengatur tentang Ketentuan Impor Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet, dan Permendag Nomor 83 mengatur tentang ketentuan impor produk tertentu.

Dalam Permendag tersebut, salah satunya mengatut tentang impor barang-barang tersebut kini hanya bisa dilakukan melalui Importir Terdaftar (IT) yang sudah mendapatkan Persetujuan Impor (PI) dari Kemendag, dan telah mengantongi Tanda Pendaftaran Produk (TPP) Impor dari Kementerian Perindustrian.

Permendag tersebut hanya memperbolehkan impor melalui Pelabuhan Laut Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Emas (Semarang), Tanjung Perak (Surabaya), dan Soekarno-Hatta (Makassar), dan Pelabuhan Udara Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Tangerang), Ahmad Yani (Semarang), Juanda (Surabaya), dan Hasanuddin (Makassar).

Sebelumnya, pada Selasa (26/2), Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan bahwa Samsung merasa keberatan dengan adanya dua Permendag tersebut.

"Mereka juga mulai merasa kesulitan dengan Permendag Nomor 82 dan 83 tahun 2012, oleh karena itu saya mengingatkan mereka untuk segera melakukan investasi di Indonesia," kata kata Hidayat setelah bertemu dengan perwakilan Samsung di Jakarta, Selasa.

Hidayat menjelaskan, pihak Samsung menyampaikan bahwa mereka menginginkan adanya insentif dari pemerintah, namun Hidayat mengingatkan ke mereka untuk segera melakukan investasi di Indonesia.

"Apabila mereka memberikan komitmen untuk turut investasi di Indonesia, kami baru bisa membicarakan insentif-insentif tersebut, namun apabila saya hanya diminta untuk menyikapi masalah impor mereka, saat ini Indonesia sedang fokus menyelesaikan penyeimbangan neraca perdagangan yang pada 2012 mengalami defisit," kata Hidayat.

Hidayat menjelaskan, impor Indonesia untuk produk telepon genggam pada 2012 senilai 4,5 miliar dolar AS atau kurang lebih 50 juta telepon genggam, dan Samsung memberikan kontribusi sebanyak 1,2 miliar dolar.

"Dalam satu minggu ini mereka sedang melakukan pembicaraan serius dengan kantor pusat mereka, dan mau memberikan kesepakatan prinsip bahwa mereka akan melakukan investasi," kata Hidayat.

Hidayat juga menyampaikan kepada pihak Samsung, apabila tahun 2013 ini mereka tidak masuk ke Indonesia, maka tahun depan akan ada investor besar dari yang merupakan kompetitor mereka untuk berinvestasi di Indonesia.
(ANT)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013