"SBY secara jujur berkata, 'Anas adalah bayi yang tidak diharapkan'."
Jakarta (ANTARA News) - Anas Urbaningrum dapat menjadi calon presiden (capres) bila dalam Kongres Partai Demokrat 2010 menuruti skenario dari ketua majelis tinggi partai, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),  kata salah seorang tokoh Partai Demokrat, Ulil Abshar Abdalla.

"Kalau saja Anas mengikuti saran mejelis tinggi waktu itu menjadi sekretaris jenderal, dia bisa jadi ketua umum pada periode berikutnya, bahkan bisa menjadi capres pada Pemilu 2014," ujar Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat itu di Jakarta, Rabu.

Dalam jumpa pers terkait perkembangan politik Partai Demokrat yang bertajuk "Bagaimana Menulis Lembaran Baru & Memilih Nakhoda Baru", Ulil mengemukakan, Anas pada waktu itu tidak setuju dengan saran majelis tinggi, dan terus maju untuk menjadi ketua umum Partai Demokrat.

"Anas ini kurang bersabar, ya begini akibatnya," katanya.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi kiprah politik Anas, yang akhir pekan lalu (23/2) menyatakan mundur selaku ketua umum sekaligus meninggalkan Partai Demokrat usai ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek pusat pelatihan olahraga di Hambalang, Jawa Barat.

Ulil juga mengungkapkan skenario yang telah dibuat SBY, yang juga Presiden RI, saat pemilihan ketua umum (ketum) dalam Kongres Partai Demokrat tersebut.

"Begini skenarionya, yang diinginkan jadi ketum itu Andi Mallarangeng. Anas jadi sekjen," ujarnya.

Dia juga mengungkapkan, jabatan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat juga tidak dihendaki oleh SBY.

"SBY secara jujur berkata, `Anas adalah bayi yang tidak diharapkan`," katanya.

Namun, dia mengatakan, pihak partai menerima kemenangan Anas pada waktu itu selaku ketua umum, dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menjabat sekretaris jenderal (sekjen).

"SBY ini sangat sayang sama dua orang ini, Andi dan Anas. Karena itu, ia ingin keduanya menjadi petinggi. Tapi, Anas tidak menurut. Kalau saja Anas menurut, maka tak ada cerita Nazaruddin jadi bendahara umum, kemudian Ibas jadi sekjen" katanya.

Hal senada juga disampaikan Sekretaris Departemen Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik.

Ia menilai, seharusnya Anas bisa mencegah capres Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), dan capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, memenangkan pemilihan presiden (pilpres) 2014.

"Seharusnya Anas bisa mencegah Ical dan Prabowo menjadi presiden, tapi karena polemik ini malah menjadikan kondisi semakin kritis," katanya. (*)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013