... kematian Abu Zaid pukulan telak bagi organisasi ekstrimis Al Qaeda in the Islamic Maghreb... "
Aljir/Dakar (ANTARA News) - Pasukan Prancis telah membunuh Abdulhamid Abu Zaid, salah satu panglima perang Al Qaeda paling ditakuti di Afrika Utara, dalam operasi serangan di pengunungan utara Mali, kata stasiun televisi Ennahar, Kamis.

Abu Zaid merupakan salah satu di antara 40 militan Islam yang terbunuh tiga hari lalu di kaki pengunungan Adrar des Ifoghas dekat perbatasan Aljazair, kata Ennahar.

Juru bicara Istana Elysee dari Prancis menolak berkomentar. Sementara pemerintah Aljazair, Mali, dan Chad tidak dapat mengkonfirmasi pembunuhan Abu Zaid.

Seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya oleh Reuters, mengatakan, kabar mengenai pembunuhan Abu Zaid dapat dipercaya. Washington melihat kematian Abu Zaid pukulan telak bagi organisasi ekstrimis Al Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM).

Sebelumnya, Prancis memulai pertempuran pada 11 Januari untuk merebut kembali gurun di bagian utara Mali dari AQIM setelah pemerintah di negara itu meminta bantuan internasional menghentikan pergerakan militan yang terus mendesak ke selatan.

Intervensi dari Prancis dengan cepat mampu memaksa gerilyawan Islam keluar dari kota-kota di sebelah utara Mali dan kembali ke markasnya di gurun-gurun dan pegunungan.

Abu Zaid, yang disebut-sebut salah satu operator AQIM paling kejam, adalah mantan penyelundup Aljazair yang berpindah haluan menjadi jihadis. Dia dipercaya merupakan dalang penculikan lebih dari 20 orang dari negara Barat di Sahara selama lima tahun terakhir.

Dari penculikan-penculikan itulah AQIM memperoleh pendanaan sebanyak puluhan juta dolar Amerika Serikat.

Dia juga dipercaya telah membunuh seorang berkewarganegaraan Inggris, Edwin Dyer, pada 2009 dan pria Prancis, Michel Germaneau, yang sudah berusia 78 tahun pada 2010.

Diplomat Kanada yang pernah diculik Abu Zaid di Sahara, Robert Fowler, mengatakan panglima Al Qaeda itu pernah menolak memberi perawatan medis bagi dua tawanan yang menderita disentri. Salah satu dari tawanan itu juga digigit oleh kalajengking.

Lahir pada 1965 di Provinsi Illizi, Aljazair, Abu Zaid bergabung dengan Salafist Group for Preaching and Combat (GSPC), yang kemudian menjadi AQIM, selama perang saudara pada '90-an.

Karakter Abu Zaid yang tidak kenal negosiasi sangat berbeda dengan pendekatan diplomatis dari sesama panglima AQIM lainnya, Belmokhtar, perencana penculikan massal di pembangkit gas Amenas bulan lalu.

Banyak yang percaya Belmokhtar dan Abu Zaid saling bersaing di AQIM. Beberapa analis mengatakan bahwa persaingan tersebut telah membuat Belmokhtar memutuskan untuk mendirikan pasukannya sendiri pada tahun lalu.

(G005/M016)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013