Ramadi, Irak (ANTARA News) - Menteri Keuangan Irak Rafa al-Essawi mengumumkan pengunduran dirinya Jumat dalam protes anti-pemerintah di Ramadi, sebelah barat Baghdad, demikian dilaporkan seorang wartawan AFP.

"Saya bersama kalian, saya putra kalian, dan saya mengumumkan hari ini... bahwa saya mengajukan pengunduran diri saya dari pemerintah Irak, dan saya tidak akan kembali ke pemerintah ini," kata Essawi, seorang tokoh ternama Sunni, kepada ribuan demonstran.

Protes berlangsung di daerah-daerah berpenduduk mayoritas Sunni di Irak selama beberapa pekan ini untuk mendesak pendongkelan Perdana Menteri Nuri al-Maliki sambil mengecam apa yang mereka sebut pentargetan minoritas Sunni oleh pihak berwenang yang dipimpin Syiah.

Maliki berselisih dengan mitra-mitra pemerintahnya di blok Iraqiya yang didukung Sunni karena tuduhan bahwa ia otoriter dan sektarian, menjelang pemilihan umum tingkat provinsi.

Gelombang protes disulut pada Desember oleh penangkapan sejumlah pengawal Menteri Keuangan Rafa al-Essawi, dan protes terlama telah menutup rute perdagangan utama yang menghubungkan Baghdad dengan Yordania dan Suriah.

Essawi, seorang anggota ternama blok Iraqiya, mengatakan, penahanan pengawalnya bermotif politis dan Maliki dengan sengaja menyulut perselisihan.

Ulama berpengaruh Syiah, Moqtada al-Sadr, yang kubunya memiliki 40 kursi parlemen dan lima kursi menteri, juga telah terang-terangan menentang Maliki.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.

Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki, demikian AFP melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013