... anda akan selalu bersama kita, Commandante... "
Brasilia, Brazil (ANTARA News) - Amerika Latin berduka. Presiden Venezuela, Hugo Chavez --ikon perlawanan atas hegemoni Amerika Serikat-- itu meninggal dunia pada usia 58 tahun, Selasa.

Chavez meninggal setelah lama berjuang menghadapi kanker, sehingga Venezuela menghadapi masa depan tidak menentu setelah 14 tahun ada pada puncak kekuasaan negaranya. Dia mantan anggota paramiliter yang kharismatik itu sekaligus pemimpin berideologi kiri Amerika Latin yang anti-imperialis.

Jika Amerika Latin berduka, Amerika Serikat mengharapkan kepergian selamanya Chaves itu akan membawa hubungan dengan negara kaya akan minyak itu membaik. Chavez memang sangat getol menentang hegemoni Amerika Serikat dalam berbagai hal; apalagi Venezuela anggota penting OPEC.

Sekutu-sekutu di seluruh Amerika Latin itu menghormati Chavez; Kuba, yang merupakan salah satu pendukung kuat, menyebut dia sebagai putra sejati pemimpin negara komunis itu, Fidel Castro, yang kini berusia 86 tahun,

Kuba mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati sekutu regional paling dekat negara itu dan pendukung ekonomi utama. Venezuela merupakan salah satu negara dengan perekonomian relatif mantap di Amerika Latin.

Dalam satu pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah, pemerintah Kuba mengatakan Chavez dianggap oleh Fidel (Castro) sebagai seorang putra sejati, saat memangku dia jabatan presiden.

Presiden Brazil, Dilma Rousseff, memuji Chavez sebagai seorang pemimpin besar Amerika Latin. "Kami mengakui ia seorang pemimpin besar, seorang sahabat penting Brazil, seorang sahabat rakyat Brazil," kata Rousseff.

Presiden Bolivi, Evo Morales, yang prioritas-prioritas politik dan gaya kepemimpinannya mirip Chavez, mengatakan ia terpukul akibat kepergian sahabatnya itu dan akan segera ke Venezuela. "Kami sedih," kata Morales.

Presiden Ekuador, Rafael Correa, juga sekutu Chavez, mengatakan, kematian Chavez satu kehilangan tidak dapat diganti bagi Amerika Latin, dan mengatakan rakyat Venezuela dengan bangga melaksanakan warisannya.

Di Argentina, Wakil Presiden Argentina, Amado Boudou, mengatakan di twitter bahwa, "Seluruh Amerika Latin berduka cita. Salah satu dari yang terbaik yang ditinggalkannya untuk kita, anda akan selalu bersama kita, Commandante," kata Boudou. 

Presiden Argentina, Cristina Kirchner, akan ke Venezuela untuk menghadiri upacara pemakaman Chavez.

Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, menyuarakan hal serupa Correa, dengan mangatakan kematian Chavez satu kehilangan besar bagi Venezuela dan kawasan itu, bagi Kolombia dan bagi saya pribadi.

Presiden Uruguay, Jose Mujica, sahabat dekat Chavez menyatakan penghormatan tulusnya terhadap Chavez. Ia akan ke Venezuela untuk memberikan penghormatan terakhirnya kepada almarhum.

Presiden Chile, Sebastian Pinera, seorang konglomerat konservatif menyebut Chavez seorang pemimpin yang sangat menginginkan integrasi Amerika Latin.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menghormati usaha Chavez bagi warga miskin negaranya dan dukungannya pada proses perdamaian Kolombia. "Presiden Chavez berbicara tantangan-tantangan dan aspirasi-aspirasi rakyat Venezuela yang paling rentan," kata Ban.

Presiden Prancis, Franois Hollande, memuji tekad Chavez untuk memperjuangkan keadilan, dan mengatakan ia telah membuat sejarah besar negaranya.

Di London , Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague mengatakan ia sedih atas kepergian Chavez dan mengatakan Chavez telah meniggalkan satu kesan abadi pada rakyatnya.

(H-RN/C003)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013