Padahal 1 Maret lalu harga sudah tinggal 2,855 dolar AS per kg,"
Medan (ANTARA News) - Harga ekspor karet Indonesia jenis SIR20 bergerak naik lagi atau ditutup sebesar 2,905 dolar AS per kilogram untuk pengapalan April di pasar bursa Singapura pada 8 Maret 2013.

"Padahal 1 Maret lalu harga sudah tinggal 2,855 dolar AS per kg," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Jumat malam.

Akbat bergerak naiknya harga ekspor, harga bahan olah karet (bokar) di pabrikan juga ikut bergerak atau sudah Rp23.110--Rp25.110 per kg dari 1 Maret yang sempat tertekan menjadi Rp22.574 hingga Rp 24.574 per kg.

Menguatnya harga jual SIR 20 dipicu antara lain melemahnya nilai Yen dan tindakan pedagang yang masih melakukan aksi tunggu melihat perkembangan perdagangan China dan Amerika Serikat.

"Dengan kondisi itu diperkirakan harga akan begerak naik lagi, karena diperhitungkan akan terjadi pasokan ketat menyusul produksi di tiga negara produsen utama karet alam yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand turun," katanya.

Produksi karet alam Indonesia diperkirakan menurun hingga 200 ribu ton pada Maret--Mei 2013 sehingga diharapkan harga ekspor naik dari dewasa ini yang masih tertekan di bawah tiga dolar AS per kg.

Produksi turun akibat musim gugur daun di wilayah bagian utara equator dan adanya banjir di wilayah bagian selatan ekuator.

Sumut yang merupakan daerah bagian utara equator sebagai produsen terbesar kedua di Indonesia dewasa ini sudah memasuki gugur daun. Sedangkan di bagian selatan equator seperti Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung sedang musim hujan.

Hujan deras bahkan mengakibatkan terjadinya banjir membuat terganggunya operasional pabrik khususnya yang berada di pinggir Sungai Musi.

Volume ekspor juga dipastikan menurun karena musim gugur daun juga terjadi di negara produsen utama lainnya seperti Thailand dan Malaysia.

Petani karet di Labuhanbatu, K Siregar, menyebutkan harga karet di petani masih tertekan atau hanya Rp8.000an--10.000an per kg, padahal produksi juga lagi ketat.

"Mungkin harga akan naik, tetapi untuk apa juga karena produksi petani juga semakin tidak banyak," katanya.
(E016/N002)

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013