Beijing (ANTARA News) - Sekelompok pencinta satwa memprotes dan menuntut penutupan segera sebuah restoran di selatan Cina, Shenzen, karena menyajikan menu bakso yang terbuat dari daging kucing. Sekitar 50 orang pengunjuk rasa yang sebagian besar wanita memasang spanduk besar di pintu masuk restoran itu, bertuliskan "kucing dan anjing adalah sahabat manusia". Para pengunjk rasa sekaligus meminta pemilik restoran tersebut untuk melepas kucing-kucing yang mereka tahan dan kandangkan sebagai bahan baku bakso "istimewa" sajian mereka, demikian dilaporkan kantor berita Cina, Xinhua, Senin, yang dikutip Reuters. Akan tetapi, tak ada satu ekor kucing pun yang dilepas bebaskan karena pemilik rumah makan sudah memindahkan hewan-hewan tersebut ke suatu tempat sebelum pengunjuk rasa datang. Beberapa wanita demonstran tampak tak dapat menahan isak tangis ketika melihat seekor kucing yang sudah dikuliti disimpan dalam lemari pendingin. "Saya tak dapat melanjutkan usaha saya , dan saya tidak akan pernah menjual daging kucing lagi," kata pemilik restoran itu, yang melakukan pembelaan diri dengan mengatakan bahwa makan daging kucing adalah tradisi di provinsi di Guangdong. Koordinator aksi demonstrasi tersebut, Isobel, yang membuka situs perlindungan bagi hewan kucing mengatakan pihaknya melakukan aksi protes karena pemilik restoran itu dianggap tidak berperi kemanusiaan, yaitu membunuhi kucing di tepi jalan untuk dijadikan bakso sehingga dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi anak-anak yang melihatnya. Seorang mantan putri kecantikan tingkat lokal Miss Shezhen 2005 juga ikut berdemonstrasi menyeru kepada semua warga agar "berhenti makan daging kucing dan anjing dan jadilah orang yang berbudaya." Banyak warga Cina terutama yang menetap di wilayah bagian selatan percaya mengkonsumsi daging anjing maupun kucing adalah makanan yang memberikan kehangatan pada tubuh, terutama pada saat musim dingin. Namun Cina kini telah berkembang menjadi negara yang memiliki kelompok pencinta dan pelindung hak satwa yang berkembang dengan pesatnya. Fenomena itu terlihat dengan meningkatnya jumlah orang yang memelihara hewan peliharaan, yang pada masa pemerintahan komunis dulu yang dilihat dengan alis mata terangkat karena kegiatan itu dianggap hal yang sangat borjuis.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006