Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Tetapi itu dapat disembuhkan,"
Tanjungpinang (ANTARA News) - Pakar autisma Melly Budhiman menyatakan autis bukan merupakan penyakit, dan dapat dipulihkan.

"Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Tetapi itu dapat disembuhkan," kata Melly, yang juga Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI), yang dihubungi dari Tanjungpinang, Kamis.

Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Bahkan pada autistik infantile, yang gejalanya sudah ada sejak lahir. Diperkirakan 75--80 persen penyandang autistik ini mempunyai retardasi mental.

"Sekitar 20 persen dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu," ujarnya.

Ia mengatakan, akhir-akhir ini banyak pihak yang mengiming-imingi cara, obat, bahkan suplemen, yang bisa menyembuhkan autism. Terkadang produsen ataupun si penjual jasa sangat gencar berpromosi melalui televisi, radio, media sosial, bahkan tulisan-tulisan.

Namun demikian, orang tua harus berhati-hati jangan sampai membiarkan anaknya menjadi kelinci percobaan. Tidak sedikit orang tua yang terkecoh, setelah mengeluarkan uang cukup banyak, orang tua kecewa karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.

"Padahal biaya terapi cukup mahal, dan biasanya dihitung per jam" ujarnya.

Sementara di Tanjungpinang, Komunitas Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus bekerja sama dengan SLB Negeri Tanjungpinang untuk memberi pemahaman yang benar mengenai autisma kepada para orang tua. Bahkan kedua lembaga berencana menggelar seminar mengenai penanganan anak penyandang autisma.

"Jika tidak ada halangan, saya akan menjadi pembicara dalam seminar yang dijadwalkan pada 27 April 2013 itu. Seminar ini diselenggarakan dalam rangka Hari Kepedulian Autisma sedunia, 2 April," katanya.

Wakil Kepala SLB Negeri Tanjungpinang Marsin mengatakan, seminar ini juga bisa menjadi semacam edukasi bagi orang tua, guru, dan masyarakat umum. Banyak orang tua yang masih salah kaprah dalam memahami autisma.

"Jumlah anak penyandang autism baik di dunia maupun di Indonesia, mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Di Batam, Tanjungpinang dan Karimun jumlahnya penyandang autism yang masuk SLB sekitar 60 orang, namun yang tidak masuk SLB jumlahnya diperkirakan lebih banyak," katanya.

Dia memaparkan, pada tahun 1990 jumlah penyandang autisma diperkirakan 1 banding 5 ribu orang. Artinya, dari 5 ribu kelahiran, satu anak terdeteksi menyandang autisma.

"Angka itu meningkat pesat pada tahun 2000 dengan perbandingan 1 banding 500, dan meningkat lagi menjadi 1 banding 100 pada tahun 2009," ujarnya.
(KR-NP/H-KWR)

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013