Jakarta (ANTARA News) - Banyak kalangan merasa pesimis bahwa pada 2014 akan menjadi "pertarungan" pemilihan presiden dari wajah-wajah lama, kepesimisan itu dinilai wajar saja mengingat kekuasaan atas partai-partai di tangan tokoh-tokoh wajah lama.

"Namun jangan lupa selalu saja ada kejutan di momen-momen penting dalam sejarah dunia. Pada Pilpres 2014 pun akan menunjukkan kejutan adalah  tokoh wajah baru yang muncul ke permukaan," kata pengamat di Jakarta, Senin.

Jeffrie Geovanie (board of advisor) Center for Strategic and International Studies (CSIS) dalam keterangan tertulisnya menyatakan, para tokoh baru itu bisa saja sudah dipersiapkan, baik "by design" maupun secara alamiah.

Dia menyebut sejumlah nama seperti Dahlan Iskan, Gita Wiryawan, Hary Tanoesoedibjo, Jokowi, Mahfud MD.

Menurut Jeffrie, nama-nama tersebut belum terlalu punya identifikasi langsung dengan parpol, namun tokoh tersebut mempunyai kedekatan seperti seorang Gita Wirjawan mempunyai kedekatan dengan Partai Demokrat, seorang Hary Tanoesoedibjo dekat Partai Hanura, seorang Jokowi sangat dekat dengan PDIP.

"Maknanya dengan kedekatan itu, salah satu dari mereka mempunyai peluang untuk tiba-tiba dimajukan sebagai capres 2014. Jadi bagi yang merindukan wajah baru buat Pilpres 2014 yang akan datang jangan terlalu cepat-cepat pesimis," katanya.

Sementara itu, peneliti Maarif Institute for Culture and Humanity Endang Tirtana mengatakan, di banyak negara, pengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar institusi politik belum siap dan ikhlas untuk melepas status-quo, apalagi untuk menyerahkan estafet kepemimpinan politik kepada anak-anak muda.

"Jika pun beralih ke sosok muda, akan tetapi tetap saja ada hubungan kekuasaan yang jelas tujuannya untuk mempertahankan dinasti politik. Sepanjang proses dilakukan dengan demokratis berdasarkan aspirasi masyarakat, hal tersebut sah-sah saja," katanya.

Endang Tirtana mengatakan, potret Indonesia saat ini adalah masih kentalnya budaya patrimonial ini terlihat dari tokoh-tokoh sentral Parpol adalah wajah-wajah lama. Sangat penting mendorong kepemimpinan yang segar, dan bisa jadi segar ini identik dengan segar pemikiran dan muda.

Sejarah selalu menuntut perubahan dan menginginkan kepemimpinan baru yang muda yang akan membawa bangsa ini menjadi lebih baik," katanya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013