London (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Swiss merasa prihatin dengan masalah korupsi di Indonesia yang semakin serius dan dapat menjadi kendala dalam percepatan pembangunan di Indonesia.

Di tahun 2012, indeks persepsi korupsi menempatkan Indonesia pada rangking 118 dari 176 negara di dunia, demikian hasil diskusi yang diadakan PPI Swiss, ujar Muhammad Budiman Wiriakusumah, Pensosbud KBR Bern kepada ANTARA London, Selasa.

Memanfaatkan kedatangan pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Rimawan Pradiptyo di Swiss, PPI Swiss dan KBRI Bern mengelar diskusi membahas masalah tentang korupsi yang menjadi perhatian khusus negara Indonesia.

Diskusi yang dipandu Ketua PPI Swiss Mahir Pradana dan dihadiri oleh mahasiswa Indonesia dan mahasiswa asing di Bern dan Zurich, Rimawan memaparkan berbagai penemuan tentang korupsi di Negara berkembang, terutama di Indonesia.

Materi tersebut memancing beberapa pertanyaan dari peserta yang sebagian besar mahasiswa, terutama tentang cara penanggulangan dan pencegahan korupsi yang sudah merasuk ke bagian-bagian masyarakat Indonesia.

Menurut Doctor, Economics dari University of York , Inggris, korupsi masalah serius dan menjadi kendala bagi percepatan pembangunan di Indonesia. Di tahun 2012, indeks persepsi korupsi menempatkan Indonesia pada rangking 118 dari 176 negara di dunia.

Dikatakannya meski terjadi peningkatan peringkat, terutama sejak adanya KPK dan reformasi birokrasi, namun peningkatan peringkat ini terjadi sangat lambat. Hal ini mengindikasikan kompleksitas masalah korupsi yang ada di Indonesia yang dihadapi saat ini.

Salah satu sumber kompleksitas korupsi adalah fakta adanya evolusi dari praktik korupsi yang terjadi akibat adanya perubahan konstelasi politik.

Di Era Orde Baru, korupsi cenderung terkonsentrasi di pemerintah Pusat, dengan birokrat sebagai pelaku utama. Namun di era reformasi dan otonomi daerah, korupsi tidak saja menjalar ke daerah, tetapi juga struktur pelaku bergeser dan melibatkan politisi baik di pusat maupun di daerah.

Dikatakannya kompleksitas korupsi di Indonesia dapat dilihat dari intensitas dan extensivitas korupsi yang terjadi. Teknik korupsi yang terjadi di Indonesia dapat dikatakan sangat canggih dan pada banyak kasus tidak dapat dijumpai di negara lain.

Fenomena makelar kasus dan joki narapidana korupsi merupakan teknik korupsi yang hanya bisa dijumpai di Indonesia, demikian Rimawan Pradiptyo. (*)

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013