Hendaknya kejadian di LP Cebongan harus dilihat secara objektif, azas keseimbangan berita dan azas keseimbangan hukum.
Serang (ANTARA News) - Para mantan anggota Kopassus yang tergabung dalam `Solidaritas Korps Baret Merah` se-Provinsi Banten meminta polisi, Kopassus dan jajaran TNI lainnya untuk bersama-sama memberantas aksi-aksi premanisme.

Juru bicara solidaritas korps Baret Merah se-Provinsi Banten Samita SH, di Serang, Selasa, mengatakan polisi bersama dengan korps Kopassus dan jajaran TNI harus bersatu untuk memberantas premanisme sampai ke akar-akarnya, demi menjaga stabilitas keamanan negara.

"Jangan hanya masalah penembakan yang dilakukan prajurit Kopassus saja yang selalu di ekspose, tanpa melihat sebab akibat kenapa bisa terjadi penyerangan," kata Samita SH dalam siaran pers menyikapi kasus penyerangan LP Cebongan Sleman Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Samita mengatakan, Sertu Heru Santoso yang sedang menjalankan tugas dibunuh secara keji dan Sertu Sriyono dibacok dan dianiaya oleh sekelompok preman yang tidak berprikemanusiaan.

Ia mengatakan, terjadinya kasus LP Cebongan beberapa pekan lalu, banyak komentar-komentar yang menyudutkan Kopassus, tetapi tidak sedikit masyarakat yang mendukungnya karena masyarakat butuh kedamaian, kenyamanan dan keamanan dalam beraktivitas.

"Hendaknya kejadian di LP Cebongan harus dilihat secara objektif, azas keseimbangan berita dan azas keseimbangan hukum. Harus dijelaskan kepada publik agar publik terang benderang melihat kasus tersebut," kata Samita didampingi sejumlah purnawirawan anggota Kopassus di Banten.

Pihaknya menyampaikan apresiasi dan merasa bangga atas pengakuan secara jujur dan ksatria atas kasus tersebut, dan proses hukum harus kita hargai dan hormati.

Selain memberikan dukungan moril terhadap anggota Kopassus yang tengah menghadapi proses hukum, pihaknya juga secara nasional akan melakukan penggalangan dana dari `Solidaritas Korps Baret Merah` untuk membantu keluarga Sertu Heru Santoso dan Sertu Sriyono, untuk kelangsungan hidup keluarganya.

Pewarta: Mulyana
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013