Banjir dari luapan sungai Bengawan Solo menggenangi beberapa daerah yang dilalui sungai tersebut, yaitu Kabupaten Blora, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik hingga mencakup lebih dari 40 kecamatan dan ratusan desa,"
Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa ratusan desa di lebih dari 40 kecamatan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terendam banjir akibat meluapnya sungai Bengawan Solo.

"Banjir dari luapan sungai Bengawan Solo menggenangi beberapa daerah yang dilalui sungai tersebut, yaitu Kabupaten Blora, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik hingga mencakup lebih dari 40 kecamatan dan ratusan desa," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan banjir tersebut terjadi sejak Minggu (7/4) hingga sekarang masih menggenangi beberapa wilayah di bagian hilir sungai Bengawan Solo sehingga diperkirakan akan menimbulkan kerugian yang cukup besar.

Selain itu, dia menyampaikan data sementara mencatat banjir telah mengakibatkan 11 orang meninggal, 22.830 rumah dan 7.450 hektar sawah terendam, dan infrastruktur lainnya pun rusak.

"Hingga saat ini, kerusakan dan kerugian masih dihitung. Sementara 11 korban meninggal, terdiri dari lima orang di Ngawi, empat orang di Bojonegoro, satu orang di Tuban, dan satu orang di Gresik. Sebagian besar korban meninggal terseret arus sungai," kata Sutopo.

Lebih lanjut dikatakannya, banjir terparah terjadi di Kabupaten Bojonegoro di Jawa Timur yang menyebabkan empat korban meninggal serta menggenangi 11.942 rumah, 40 sekolah, enam masjid, 74 mushola, 120.940 jalan, dan 3.820 hektar sawah.

Dia mengatakan, penyebab utama banjir itu adalah hujan berintensitas tinggi dan berdurasi lama di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo.

Menurut dia, daerah-daerah di sekitar sungai Bengawan Solo termasuk daerah rawan banjir akibat kerusakan DAS.

"Penduduk di DAS Bengawan Solo terus bertambah dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada 1980, ada 13,5 juta penduduk, dan jumlah itu bertambah pada 1990 menjadi 14,7 juta jiwa, dan ada 17,5 juta penduduk pada 2005," paparnya.

Selain itu, kata Sutopo, tutupan hutan hanya 13,6% dari luas DAS yang menyebabkan erosi tanah mencapai 3,14 milimeter per tahun, dan itu melebihi erosi yang dapat ditoleransi. "Semua kondisi tersebut merupakan faktor pendukung terjadinya banjir setiap tahun di DAS Bengawan Solo," ujarnya.

"Menurut BMKG, meskipun sudah musim transisi menuju kemarau, ada anomali suhu muka air laut Indonesia di atas normal yaitu 0,7 sampai 1,3 derajat Celsius. Ditambah dengan adanya siklon tropis Victoria dan osilasi Madden-Julian maksimum sejak minggu lalu menyebabkan pasokan uap air di atmosfer melimpah sehingga wilayah Indonesia hujan lebat," lanjutnya.

Namun, dia menambahkan, siklon tropis Victoria sudah menjauh dari Indonesia sehingga tidak akan memberikan dampak lagi pada cuaca di Tanah Air.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013