Madrid (ANTARA News) - Raja Spanyol Juan Carlos berdiri di tengah sekumpulan jurnalis mengumbar senyum dan bertukar sapa serta canda, bahkan mencoba memakai kacamata yang disodorkan seorang repoter.

Peristiwa itu terjadi pada 1997 ketika media memperlakukan salah satu kerajaan paling populer di dunia dengan penuh hormat, lapor Reuters.

Tapi kini hampir separuh orang Spanyol menginginkan dia mesti mundur demi memberi jalan kepada Pangeran Felipe (45), sedangkan sepertiga lainnya yang sebagian besar anak muda, ingin negaranya menjadi republik.

Raja berusia 75 tahun itu jatuh tidak populer akibat sejumlah skandal yang menurunkan penerimaan publik kepadanya, selain oleh kesehatan tubuhnya yang memburuk.

Disukai dan dihormati, Juan Carlos memenangkan dukungan kaum republik atas perannya dalam transisi demokrasi damai di Spanyol pada 1970-an setelah empat dekade dibawah kediktatoran.  Dia juga dipuji karena berhasil mengatasi kudeta militer gagal pada1981.

Kini opini publik mengencang akibat dakwaan kriminal kepada anak perempuan Juan Carlos dan suaminya menyusul akun gelap pada bank Swiss dan gaya hidup flamboyannya yang bertolak belakang dengan krisis ekonomi yang lagi mendera Spanyol.

Skandal ini beriringan dengan kasus yang terjadi tahun ini mengenai publikasi wawancara media dengan seorang pengusaha wanita teman raja yang mengaku bekerja sebagai konsultan untuk pemerintah.

Obrolan-obrolan di Internet dan media sosial lalu menunjuk di wanita bernama Corinna zu Sayn-Wittgenstein itu sebagai "wanita simpanan" raja. Perempuan ini sendiri dinikahi seorang pria yang menurut penulis biografi resmi raja, menyukai semua perempuan kecuali yang dia jadikan istrinya ini.

Begitu skandal ini merebak rakyat Spanyol jatuh simpati kepada Ratu Sofia.

Dicemooh

Rumah tangga raja terus bungkam mengenai soal ini, namun begitu rakyat biasa Spanyol berjuang melawan utang, pengangguran dan korupsi yang marajalela, kini segala kegiatan raja memicu cemoohan.

"Opini publik tak tertahankan lagi. Orang menjadi sedikit tak waras, kewalahan oleh apa yang terjadi di Spanyol sekarang," kata Bieito Rubido, editor koran kerajaan ABC.

Seperti kebanyakan pengamat kerajaan, dia tidak yakin masa depan monarki sedang dipertaruhkan.

Namun soal masa depan tahta kerajaan ini memang kian menghilangkan kepercayaan orang kepada lembaga-lembaga pemerintah dan merajalelanya korupsi menyusul lonjakan harga rumah lima tahun lewat yang mengantarkan Spanyol ke jurang krisis.

"Rakyat benar-benar frustrasi dengan situasi ekonomi dan ingin ada orang yang disalahkan, jadinya ini adalah situasi bahwa apa saja bisa terjadi," kata Jonathan Hopkin, pakar politik dari London School of Economics, seperti dikutip Reuters.

Sejumlah sumber yang dekat dengan istana menyebutkan bahwa keluarga kerajaan memprihatinkan kejatuhan popularitas raja dan tak ingin menambah ketidakmenentuan bagi rakyat Spanyol.

Istana sendiri memonitor dengan cemat opini publik lewat media sosial dan jajak pendapat mengenai popularitas mereka.

Menghapus monarki bukanlah hal yang dipikirkan masyarakat politik, dan dua politisi kiri yang menyeru raja mundur segera dicerca oleh anggota DPR lainnya.

Jika pun menyoroti pengunduran diri raja, tak seorang pun yang mau bicara terus terang.

Bahayanya, makin lama isu ini dibiarkan, makin membahayakannya institusi yang diwariskan kepada Pangeran Felipe itu.

Masalahnya adalah Juan Carlos tal akan meninggalkan tahta dengan cara yang tak disukainya.

Pangeran Felipe

Dia sendiri mempunyai contoh di Eropa.  Ratu Beatrix dari Belanda mengumumkan akan mengundurkan diri bulan ini pada usia 75 demi memberi jalan kepada puteranya yang berusia 45 tahun.

Pangeran Felipe memang disukai publik, tapi kerajaan sudah terlanjur menderita.

Pada jajak pendapat tahun 1997, kerajaan berada di peringkat 6,67 dari total 10.  Ini peringkat tertinggi dibandingkan lembaga Spanyol mana pun. Pada 2011 level itu jatuh menjadi 4,97.

Kendati kesehatan raja makin parah setelah empat kali diperasi tahun lalu, dia tak ingin menyerahkan tahta.

"Dia tak ingin lengser di bawah kondisi dan suksesi apa pun yang melawan keinginannya," kata Rubido.

Pangeran Felipe dikenal  bijaksana, bersahabat dan berpengalaman baik dalam soal internasional. Istrinya, Letizia Ortiz, adalah mantan wartawati yang sama populernya.

Felipe dikabarkan marah kepada ayahanda dan adik iparnya akibat skandal memalukan itu.

Tapi raja sepertinya berdiam diri di tengah gelombang isu dengan harapan isu itu sirna sendiri dan bisa lagi populer.

Putri Cristina

Beberapa hari setelah seorang hakim mendakwa Putri Cristina, istana mengumumkan istana akan termasuk dalam UU baru soal keterbukaan yang mencakup pula soal keuangan kerajaan.

Namun Arsenio Escolar, editor koran 20 Minutos, tawaran itu terlalu sedikit dan terlambat.

"Kemarahan publik membuncah, rakyat tak tahan lagi (dengan korupsi)," kata dia seperti dilaporkan Reuters. "Demonstrasi akan kembali dan jalan akan kembali penuh dalam sebulan."

Kendati begitu, rakyat Spanyol di atas 50 tahun takut pergantian raja akan memicu konflik seperi Perang Saudara 1936-1939.  

Setelah diktator Francisco Franco meninggal dunia pada 1975, Juan Carlos bekerja keras menjamin Spanyol sebagai negara demokratis, untuk meyakinkan semua pihak menghentikan permusuhan.

Kaum tua Spanyol sangat menghormati upaya Juan Carlos dalam memadamkan kudeta tahun 1981, yang adalah tamparan bagi demokrasi saat seorang kolonel menyandera wakil rakyat di gedung parlemen semalaman.

Saat itu, mengenakan seragam militer, Juan Carlos yang adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata Spanyol, menyampaikan pidato yang disiarkan langsung lewat televisi dengan menyerukan dukungan bagi pemerintah yang terpilih secara demokratis.

Citra raja mulai ambruk setelah investigasi atas akun bank mencurigakan milik menantunya yang menjadi kepala lembaga nirlaba Noos Foundation pada 2011.

Citra itu makin amblas pada 2012 ketika Juan Carlos malah pergi berburu gajah ke Afrika ketika ekonomi Spanyol lagi parah-parahnya didera krisis.

Dengan statistik setiap satu dari empat orang Spanyol hidup miskin, istana makin terlihat menjauh dari publik.  Raja lalu menyampaikan permintaan maaf yang tak biasanya dia sampaikan.

Sejak itu segalanya menjadi memburuk, lalu memuncak bulan ini menyusul tuduhan kepada Putri Cristina dalam kasus Noos itu.

Rakyat Spanyol belum merasakan keadilan telah ditegakkan tanpa pilih kasih.

"Peluang kita rakyat biasa untuk dipenjara lebih besar (dibandingkan Putri Cristina) sekalipun kita tak melakukan apa-apa" kata Javier Martin (33) yang bekerja sebagai marketing, seperti dikutip Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013