Caracas (ANTARA News) - Dewan Pemilihan Nasional Venezuela berusaha meredakan krisis politik menjelang pelatikan President terpilih Nicolas Maduro Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB dengan memenuhi tuntutan oposisi untuk mengaudit hasil pemilihan presiden lalu.

Perkembangan di menit terakhir itu terjadi setelah Maduro terbang ke Peru guna menghadiri KKT Amerika Selatan Kamis waktu setempat atau Jumat WIB, demi meraih dukungan internasional bagi pemerintahannya sebelum diambil sumpahnya untuk menggantikan Hugo Chavez yang mangkat 5 Maret lalu.

Henrique Capriles, pemimpin oposisi yang menuntut audit penuh hasil pemilu yang dimenangi Maduro dengan marjin 1,8 persen itu, menerima keputusan KPU Venezuela yang diumumkan ketuanya Tibisay Lucena.

Lucena menegaskan ini bukan hitung ulang, namun menjamin audit akan mencakup semua kotak suara yang tak teraudit pada hari pemilihan dengan mengambil 2/3 sampel suara.

Capriles menyelamati pendukungnya atas apa yang dia sebut perjuangan mendapatkan kebenaran, sementara di Lima, Maduro tersenyum dan tampil tenang sebelum menghadiri pertemuan dengan para kepala negara Amerika Selatan.

"Kami akan menyampaikan hal yang sebenarnya tentang Venezuela ke pertemuan (Amerika Selatan) itu," kata Maduro dalam siaran televisi sebelum berangkat ke Lima.

"Di Venezuela, yang ada adalah konspirasi permanen yang dihasut dari Amerika Serikat," kata Maduro, seraya mengulangi klaimnya bahwa pemerintah berhasil menangkal sejak dini upaya kudeta.

Sementara itu di Caracas, para pendukung Capriles bentrok dengan pendukung Maduro yang melempari kembang api dari gedung pemerintah. Bentrok ini sudah memasuki hari ketiga.

Kamis waktu setempat Maduro muncul di publik demi mengendalikan situasi, sementara persiapan untuk pelantikannya terus digelar.

Jet-jet tempur Venezuela, termasuk Sukhoi Su-35, membelah angkasa Caracas dalam gladi kotor  menjelang pelantikan Maduro Sabtu WIB nanti.

Mantan pengemudi bis berumur 50 tahun itu akan mengucapkan sumpah jabatan di Majelis Nasional dengan dihadiri para tamu kehormatan, termasuk para presiden Amerika Latin yang sudah bertemu dengannya di Lima.

Presiden Brazil Dilma Rousseff, Presiden Cristina Kirchner dari Argentina, Presiden Jose Mujica dari Uruguay dan Presiden Bolivia Evo Morales telah memastikan menghadiri pelantikan Maduro.

Hampir semua negara Amerika Latin mengakui kemenangan Maduro, sebaliknya Amerika Serikat tidak mengakuinya.

Di Washington, Menteri Luar Negeri John Kerry berharap Venezuela tetap membuka pintu untuk apapun yang terjadi, namun menyatakan audit hasil pemilu akan meyakinkan kemenang Maduro memang diraih secara jujur.
   
Maduro sendiri telah didukung Mahkamah Agung yang menyebutkan mustahil diadakan penghitungan ulang seperti dituntut kubu oposisi.

Mahkamah Agung bersikap netral namun akan menuntut oposisi atas kekerasan yang terjadi selama demonstrasi yang digalang oposisi.

Pihak berwenang telah menahan 135 orang dan menyelidiki sekelompok perwira militer yang bersekongkol dengan kubu Caprilas (Caprilistas), demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013