Seoul (ANTARA News) - Polisi Korea Selatan, Jumat, mengatakan akan menghentikan rencana penyebaran selebaran anti-Korea Utara di seberang perbatasan yang tegang, setelah Pyongyang mengancam akan membalas tindakan itu.

Sekelompok pembelot dari Korea Utara telah mengatakan mereka akan menerbangkan sekitar 200 ribu selebaran di perbatasan, yang dijaga ketat militer dari kedua belah pihak, dengan balon pada hari Sabtu untuk memprotes catatan hak asasi manusia yang mengerikan yang terjadi di Pyongyang.

Namun, penduduk setempat menentang tindakan tersebut karena Korea Utara mengancam akan menyerang kawasan yang digunakan untuk meluncurkan selebaran itu, yang berisi pesan-pesan antara lain seruan untuk memberontak melawan rezim komunis di Pyongyang.

"Dalam rangka untuk mencegah kemungkinan bentrokan antara aktivis dan warga di sana, kami telah memutuskan untuk menghentikan kendaraan (yang sarat dengan selebaran) yang mendekati lokasi peluncuran selebaran," kata seorang juru bicara polisi.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk memobilisasi sekitar 500 orang polisi anti-huru hara guna memblokir jalan-jalan akses ke Imjingak, desa tempat rencana peluncuran selebaran anti Korea Utara itu.

Pyongyang pada Rabu memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan berdiam diri jika peluncuran itu tetap dilakukan dan mengutuk rencana itu sebagai "tindakan provokatif yang tidak dapat ditoleransi" yang bertujuan untuk menodai citra Korea Utara dan menghina martabat negara itu.

Aktivis Park Sang-Hak mengatakan kelompok itu akan mempertimbangkan untuk menunda rencana penyebaran selebaran itu atas permintaan pemerintah. Polisi menghentikan rencana penyebaran serupa oleh kelompok yang sama pada 13 April.

Pemerintah meminta mereka untuk menunda dilakukannya aksi-aksi baru penyebaran selebaran hingga mencapai kesepakatan dengan Korea Utara untuk memastikan kembalinya tujuh orang pekerja yang masih tertinggal di zona industri bersama yang telah menjadi korban dari ketegangan militer kedua negara.

Korea Selatan sedianya akan menarik semua pekerjanya dari Kaesong pada Senin tapi tujuh orang itu tetap tinggal untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan seperti pajak yang belum dibayar dan upah bagi para pekerja Korea Utara yang diyakini berjumlah jutaan dolar.

Pembicaraan itu berlanjut pada hari Jumat dan tidak jelas apakah para pekerja akan kembali pada hari itu, kata Kementerian Unifikasi Seoul.

Ketegangan telah meningkat sejak Korea Utara, yang marah pada sanksi baru PBB yang dikeluarkan setelah uji coba nuklirnya pada bulan Februari dan latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat, mengeluarkan serangkaian ancaman apokaliptik untuk melakukan perang nuklir terhadap Seoul dan Washington, demikian laporan AFP.


Penerjemah: GNC Aryani

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013