AS sudah berhasil memproduksikan `shale oil` hingga 700.000 barel per hari di North Dakota dengan teknologi `fracturing` (perekahan),"
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengkaji potensi "shale oil" atau minyak nonkonvensional sebagai bahan bakar pengganti minyak konvensional yang produksinya semakin lama makin terbatas.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya mengundang investor dalam dan luar negeri, terutama AS, untuk mengkaji potensi "shale oil" tersebut.

"AS sudah berhasil memproduksikan `shale oil` hingga 700.000 barel per hari di North Dakota dengan teknologi `fracturing` (perekahan)," katanya.

Selain "shale oil", AS sudah lebih dahulu berhasil memproduksikan gas nonkonvensional jenis "shale gas" dalam jumlah besar.

Edy berharap agar Indonesia juga bisa memproduksikan "shale oil", seperti halnya gas nonkonvensional lainnya, yakni gas metana batu bara (coal bed methane/CBM).

Menurut dia, potensi "shale oil" di Indonesia diperkirakan cukup besar di antaranya berlokasi di Sumatera bagian tengah.

"Secara teknikal, jika gas sudah melewati `window` (masanya), akan berubah menjadi cair," katanya.

Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja Migas Nonkonvensional yang mengatur pengusahaannya.

Sesuai dengan permen yang ditandatangani oleh Jero Wacik pada tanggal 31 Januari 2012, migas nonkonvensional berasal dari "reservoir" dengan permeabilitas rendah, antara lain, "shale oil", "shale gas", "tight sand gas", CBM, dan "methane-hydrate" yang diproduksikan menggunakan teknologi seperti perekahan.

Saat ini, sumber daya migas nonkonvensional yang tercatat di Indonesia baru CBM dan "shale gas".

Sumber daya "shale gas" diperkirakan mencapai 574 triliun kaki kubik dan CBM sebanyak 453 triliun kaki kubik.

Potensi terbesar gas nonkonvensional tersebut diketahui berada di Sumatera dan Kalimantan.

Indonesia sudah memproduksi CBM sebesar 0,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari lapangan yang dikelola Vico Indonesia di Kalimantan Timur.

Pemerintah menargetkan produksi lapangan tersebut meningkat menjadi 10 MMSCFD sampai akhir 2013.

Saat ini, sudah terdapat 58 kontrak kerja sama CBM.

Sementara, "shale gas" direncanakan penandatanganan kontrak kerja sama pertamanya pada pertengahan Mei 2013 dengan PT Pertamina (Persero).

Lokasinya di Sumut dengan perkiraan cadangan mencapai 15 triliun kaki kubik (TCF).

Selain itu, Pemerintah juga akan memulai lelang perdana blok "shale gas" yang berlokasi di Kalteng dan Riau.

Pemerintah berharap produksi pertama "shale gas" bisa dilakukan mulai 2018.
(K007/D007)

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013