Washington (ANTARA News) - Seorang perwira marinir Amerika Serikat akan diadili di mahkamah tentara karena diduga berperan dalam skandal dipicu video, yang menunjukkan tentara mengencingi tiga jasad warga Afghanistan, kata Korps Marinir pada Senin.

Dalam pernyataannya, korps itu mengatakan Kapten James Clement akan diadili karena melalaikan tugas dan berperilaku tidak seperti perwira dan ksatria sebab gagal menghentikan kesalahan Marinir bawahannya.

Ia dituduh gagal mencegah anak buahnya menodai mayat tiga warga Afghanistan, dalam perkara tanggal 27 Juli 2011, selama gerakan melawan Taliban di propinsi Helmand, Afghanistan.

Video tentara itu, yang tertawa saat mereka bergaya di atas jasad tersebut, beredar cepat beberapa bulan kemudian, memicu kemarahan di seluruh dunia.

Beberapa hari kemudian, seorang tentara Afghanistan berusia 21 tahun menembaki beberapa tentara Prancis pelatih pasukan Afghanistan, kemudian mengatakan itu adalah pembalasan bagi penodaan tersebut. Lima tentara Prancis tewas dan 15 luka.

Kelima Marinir itu anggota satuan khusus penembak runduk. Satu di antaranya, Sersan Joseph Chamblin, dipenjara 30 hari, didenda dan diturun-pangkatkan setelah menyatakan bersalah ikut dalam video tersebut.

Yang lain terlibat dalam perkara tersebut menghadapi hukuman administratif.

Perang di Irak dan Afghanistan, yang keduanya dimulai Amerika Serikat, menewaskan sangat banyak rakyat tak berdosa, kata laporan mengenai hak asasi manusia Amerika Serikat pada April.

Sejak 2001 hingga 2011, "perang melawan teror" -pimpinan Amerika Serikat- menewaskan 14.000 hingga 110.000 orang tiap tahun, kata laporan tersebut, yang mengutip tulisan di jejaring Stop the War Coalition.

Badan Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) melaporkan sedikit-dikitnya 10.292 korban jiwa bukan petempur sejak 2007 hingga Juli 2011, kata laporan itu, yang berjudul "Catatan Hak Asasi Manusia Amerika Serikat dalam".

Laporan tersebut disiarkan Kantor Penerangan Dewan Negara China.

Badan Penghitungan Irak mencatat rata-rata 115.000 warga tewas dalam baku-tembak sejak 2003 hingga Agustus 2011, kata laporan itu sebagaimana diberitakan kantor berita Cina Xinhua.

Selain kedua negara tersebut, yang diduduki, "perang melawan teror" merembes ke sejumlah negara tetangga, termasuk Pakistan, Yaman dan Somalia. Sangat banyak warga gugur di semua negara itu, katanya.

Selain itu, laporan media, yang disiarkan di jejaring BBC, merujuk serangan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat di wilayah perbatasan Afghanistan dengan Pakistan.

"Cuma satu dari 50 korban serangan mematikan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat di Pakistan adalah pelaku teror. Sisanya adalah warga tak berdosa," kata laporan tersebut, yang mengutip tulisan di jejaring "Daily Mail", demikian AFP.

(B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013