Surabaya (ANTARA News) - Peneliti bioteknologi dari empat negara Asia yakni Indonesia, Malaysia, Korea Selatan (ASEAN) dan Taiwan memaparkan hasil penelitian, di antaranya soal bio-solar dan ginseng antikanker, dalam "Bio Event" di kampus Universitas Surabaya (Ubaya), Jumat.

Para peneliti dimaksud adalah Prof Lieke Riadi (Indonesia/ Ubaya), Randal Hart (Indonesia/The World Renown Investor Indonesia), Prof Dr Mohd Ali Hassan (Malaysia/UPM), Prof Deok Chun Yang (Korea Selatan/University Kyung Hee), dan Prof Tzou-Chi Huang (Taiwan/National Pingtung University of Science and Teknology/NPUST).

Peneliti Indonesia Prof Lieke Riadi memaparkan temuan tentang bio-solar dari minyak bekas yang prosesnya dapat dilakukan dalam suhu kamar, sehingga tak perlu suhu panas. Randal Hart dari The World Renown Investor di Indonesia memaparkan penelitian tentang pemadam api dari tanaman. Tanaman itu, bahkan bisa bergerak mencari sumber api dan memadamkannya.

Lain halnya dengan Prof Dr Mohd Ali Hassan dari Universitas Putra Malaysia yang menemukan mesin pembuat kompos dengan proses dalam kurun waktu satu bulan lebih cepat dari biasanya 3--4 bulan.

Sementara itu, Prof Deok Chun Yang mewakili Universitas Kyung Hee dari Korea Selatan memaparkan temuan terkait pembuatan ginseng gunung dalam waktu 45 hari sudah bisa dipanen dan berkhasiat untuk mengobati kanker atau berfungsi sebagai antikanker.

"Hasil temuan beliau sudah dijadikan produk yang dijual di Korea Selatan dengan harga 250 Won sampai 6600 Won, padahal ginseng biasanya memerlukan waktu ratusan tahun, namun secara bioteknologi bisa diperpendek," kata dosen Teknobiologi Ubaya yang juga mahasiswa Universitas Kyung Hee, Johan.

Mewakili National Pingtung Univerisity of Science and Teknology (NPUST) Taiwan, Prof Tzou-Chi Huang memaparkan temuan obat herbal untuk penyakit degeneratif (penyakit yang menyerang fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh yang makin lama makin memburuk, misalnya kanker, diabetes, jantung, paru-paru, pikun dan osteoporosis).

"Ke depan, masyarakat harus kembali kepada bahan-bahan ramah lingkungan dengan proses bioteknologi, misalnya dari kompos kimia ke bio-kompos, dan minyak solar ke bio-solar," kata Direktur `Ubaya-Tan Chong-Center of Asian Management Studies` Prof Gunawan.

Tan Chong Group merupakan perusahaan global yang berbasis di Malaysia serupa dengan Grup Astra di Indonesia yang bekerja sama dengan Ubaya di bidang pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
(E011/T007)

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013