Kami ketahui 11 daerah yang telat dalam pengiriman soal UN, tapi hasil nilai ujian nasionalnya hampir sama dengan daerah yang tepat waktu distribusinya,"
Padang (ANTARA News) - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) RI Musliar Kasim menyatakan keterlambatan distribusi soal Ujian Nasional (UN) yang terjadi ke sejumlah daerah pada pelaksanaan lalu, buktinya tak mempengaruhi nilai kelulusan.

"Kami ketahui 11 daerah yang telat dalam pengiriman soal UN, tapi hasil nilai ujian nasionalnya hampir sama dengan daerah yang tepat waktu distribusinya," kata Musliar Kasim di Padang, Sabtu.

Sebelas provinsi yang mengalami keterlambatan pengiriman soal UN antara lain Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Bali, serta Kalimantan Timur

Wamendikbud kunjungan ke Sumbar sebagai pembicara pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika digelar Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bung Hatta Padang.

Menurut dia, melihat kenyataan hasil UN patut berbangga karena keterlambatan pengiriman soal UN tidak merugikan para pelajar seperti yang dikhawatirkan.

Meskipun pada tahun ini nilai rata-rata turun menjadi 6,53 dari tahun sebelumnya 7,57 dan tingkat kelulusan kelulusan turun dari 99,50 persen menjadi 99,48 persen.

Oleh karena itu, pelaksanaan UN telah dilaksanakan pada tahun mendatang sebagai alat pemetaan pendidikan dan perbaikan kualitas.

"Banyak pandangan yang muncul akibat terjadinya berbagai persoalan dalam distribusi soal UN yang lalu agar dihentikan. Kami syukur dalam suatu acara di televisi mantan Wapres RI Jusuf Kalla mendudukkan pemahaman soal pelaksnaaan UN," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Wamendikbud menyinggung nilai lulusan SLTA pada UN tahun ini, khusus Basaha Indonesia paling rendah dibandingkan mata pelajaran yang lainnya.

Kondisi ini terjadi, karena Bahasa Indonesia diposisikan sehingga dalam pratiknya di sekolah kurang mendapatkan perhatian lebih baik dari para pengajar.

Oleh karena itu, dalam kurikulum 2013 Bahasa Indonesia ditepatkan bagian yang terdepan sama dengan mata pelajaran sejarah dan matematika.

"Semestinya orang yang mengajar bahasa Indonesia, matematika dan sejarah bahagia karena dalam kurikulum baru, di tingkat SMA ketiga mata pelajaran ini diwajibkan," ujarnya.

Kendatipun sebelumnya, tambah dia, sudah ada belajar sejarah di tingkat SMA, tapi waktunya hanya satu jam dan ke depan ditambah menjadi tiga jam, tentu polanya tidak sama seperti yang lalu, tetapi akan membuat anak didik menarik.(*)

Pewarta: Siri Antoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013