"Sampai dengan hari kemarin Minggu (22/10) sudah hari ke-11 kurang lebih di kisaran 45-50 persen, artinya perjuangan kita ke depan tidak terlalu lama, tidak lebih dari 50 persen dari luasan 12 hektar yang terbakar," kata dia menjelaskan progres pemadaman api di TPA Suwung kepada wartawan di Denpasar, Bali, Senin.
Made Rentin menjelaskan berdasarkan evaluasi harian BPBD bersama stakeholder yang tergabung dalam upaya pemadaman api di TPA Suwung, sumber bara api berada di kedalaman 10 sampai 15 meter di kedalaman tumpukan sampah yang menggunung dengan ketinggian 40-45 meter.
Ia menargetkan upaya pemadaman api tersebut dapat ditangani sampai dengan akhir Oktober 2023 sesuai dengan masa akhir darurat bencana yang ditetapkan sejak Kamis (19/10) bersama dengan Pemerintah Provinsi Bali.
Baca juga: BPBD Bali: Status siaga bencana tak pengaruhi kegiatan wisata
Baca juga: Pertamina bantu BBM kendaraan damkar padamkan TPA Suwung di Denpasar
"Kami berharap masa tanggap darurat kebakaran Suwung tidak diperpanjang, artinya 25 Oktober upaya pemadaman berakhir dengan catatan ada transisi darurat ke pemulihan. Masa transisi itulah pendinginan, upaya manajemen ulang pengelolaan sampah termasuk bagaimana kita memberikan layanan kepada masyarakat sekitar yang berdampak selama ini," katanya.
Made Rentin mengatakan selama operasi pemadaman api di TPA Suwung, Denpasar, BPBD menerapkan strategi manajemen asap dengan cara melakukan upaya operasi lapangan, yakni membongkar tumpukan sampah menggunakan eksavator dan loder, membuat jalur agar bisa dilewati oleh personel, titik api yang ditemukan disemprot dengan air.
Di samping manajemen asap, pihaknya menyiapkan tandon, cubang (lubang) dan tempat air di tumpukan-tumpukan sampah dengan bantuan beberapa mobil pemadam kebakaran dari tiga Kabupaten, water cannon Polresta Denpasar, helikopter tipe AS350B3 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Raider TNI AD.
Strategi manajemen asap dengan menyiapkan tendon air dengan kapasitas 5.000 liter itu, kata dia, terbukti efektif untuk upaya percepatan penanganan di TPA Suwung yang terbakar hingga capai 12 hektar dari total luas TPA Suwung 32 hektar.
"Jika dilihat peta terakhir kemarin sampai dengan hari Minggu (22/10) , kisaran empat setengah maksimal di 5 hektar yang masih muncul asap. Asap kita yakini bahwa dipermukaan tidak ada api lagi, tapi kita menduga karena asap itu berasal dari tumpukan sampah lebih dari 40-45 meter. Sejauh ini upaya manajemen asap efektif kita lakukan," katanya.
Sementara itu, warga yang tinggal di Serangan, daerah dekat TPA Suwung, kata Made Rentin, telah mengungsi. Terdata ada 15 Kepala Keluarga yang terdiri dari 60 jiwa ketika didata sesuai alamat sebagian besar adalah ber-KTP non-Denpasar, non-Bali.
"Kami ada kebijakan ber-KTP non-Bali sampai dengan saat kami tuntas penanganan pemadaman kebakaran TPA Suwung untuk diantarkan ke daerah asalnya. Kami sudah koordinasi dengan Provinsi Jawa Timur ada tiga Kabupaten asal mereka Banyuwangi, Jember dan Lumajang," kata Made Rentin.
Namun, sebelum disiapkan bus kendaraan untuk mengangkut mereka ke tempat asalnya, mereka sudah melakukan pemulangan secara personal dan mandiri.
"Sekarang ada lima KK kurang lebih 20 jiwa setelah kami data sesungguhnya mereka murni berasal dari Denpasar ber-KTP Denpasar. Kewajiban pemerintah daerah Kota Denpasar untuk melayani mereka sampai batas waktu yang tidak ditentukan selama masih aktivasi posko pengungsian, posko terpadu penyiapan logistik, posko terpadu layanan kesehatan," kata Made Rentin.
Baca juga: BPBD Bali: Pemadaman TPA Suwung tak berimbas ke Bandara Ngurah Rai
Baca juga: BPBD Bali optimalkan dua metode pemadaman TPA Sawung pada hari ketujuh
Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023