Fundamental ekonomi Indonesia yang positif akan menahan pelemahan rupiah sehingga tekanan nilai tukar domestik terhadap dolar AS hanya bersifat sementara,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bersifat sementara mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih memiliki pertumbuhan positif.

"Fundamental ekonomi Indonesia yang positif akan menahan pelemahan rupiah sehingga tekanan nilai tukar domestik terhadap dolar AS hanya bersifat sementara," kata Ruly di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pelemahan nilai tukar domestik bukan disebabkan oleh kondisi ekonomi Indonesia, sentimen negatif eksternal yang membawa mata uang rupiah tertekan.

"Ekonomi kita masih tumbuh di atas enam persen, sementara ekonomi China melambat, lalu Eropa juga masih perbaikan, kondisi itu yang menjadi salah satu faktor rupiah tertekan," kata dia.

Ruly menambahkan meski ada rencana penaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi oleh pemerintah, diperkirakan inflasi inti masih stabil.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi komponen inti tahun periode Januari Mei 2013 sebesar 0,99 persen dan tingkat inflasi komponen inti "year on year" (Mei 2013 terhadap Mei 2012) sebesar 3,99 persen.

"Inflasi inti kurang lebih hampir sama dengan tahun sebelumnya. Inflasi inti lebih menggambarkan keseluruhan perekonomian," ujar Ruly.

Sementara, Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah masih dibayangi aksi lepas oleh pelaku pasar uang.

Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan rupiah juga dipicu imbas melemahnya mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

"Apreasiasi dolar AS itu paska pengumuman data pasar tenaga kerja AS yang membaik sejak sehingga memunculkan kembali spekulasi penarikan stimulus The Fed," kata dia.
(KR-ZMF/N002)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013