Gorontalo (ANTARA News) - Universitas Hawaii dari United Stated of America (USA) membantu am menggali kembali sejarah Provinsi Gorontalo yang selama ini belum terungkap dan diketahui oleh masyarakat di daerah tersebut. Ahli sejarah dari University of Hawai at Manoa (UHM) USA Profesor Leonard Y Andaya, di Gorontalo, Sabtu, mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung pemerintah Gorontalo dan daerah lain di Kawasan Indonesia Timur untuk menggali sejarah daerah tersebut. "Dukungan dari UHM adalah memberikan berbagai informasi dan hasil penelitian baik yang saya lakukan sendiri maupun penelitian dari universitas atau negara lain di dunia," kata Leonard. Ia mengatakan bahwa sebenarnya Kawasan Indonesia Timur khususnya Gorontalo, memiliki keunikan ditinjau dari sejarah dan perkembangannya saat ini bila dibandingkan dengan daerah lain. "Gorontalo merupakan pusat perdagangan internasional pada Abad ke 15 sampai 19, dan itu adalah sejarah yang tidak banyak diketahui orang," kata dia. Kawasan Indonesia Timur pada abad tersebut didominasi oleh De Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Dagang Belanda yang ingin menjadikan Sulawesi Utara termasuk Gorontalo saat itu, menjadi lumbung padinya. "Saat itu, Gorontalo khususnya Limboto berada di bawah proteksi VOC pada Desember 1677, hingga Ternate mengakui dominasi VOC tahun 1681," ungkapnya. Sementara itu, Presiden Pusat Studi Asia, Barbara Watson dari UHM, menjelaskan bahwa kronologis sejarah Gorontalo ikut tercatat dalam sejarah negara-negara lain di dunia. Ia mengatakan, seorang peneliti asal Perancis yang bergabung dengan VOC tahun 1663 Robertus Padtbrugge telah menulis laporan penting mengenai Gorontalo dan Sulawesi Utara, serta memiliki beberapa dokumen gambar. Selain itu, Johanes Wttewaal, seorang peneliti asal Belanda pada tahun 1755 sempat menjadi resident (Bupati) di Gorontalo dan memiliki dokumen penting mengenai daerah itu. "Semuanya masih tersimpan dengan baik Perpustakaan Universitas Leiden hingga saat ini dan akan digunakan untuk membantu Gorontalo dalam menggali sejarahnya," kata dia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006