London (ANTARA News) - Dampak ekonomi dari pengurangan program pembelian aset Fed di bawah QE3 (pelonggaran kuantitatif 3) akhir tahun ini terhadap negara-negara berkembang cenderung terbatas, perusahaan analisa Inggris mengatakan Kamis.

Pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserves AS akan mulai mengurangi pembelian aset di bawah QE3 pada akhir tahun ini dan telah membebani pasar keuangan negara berkembang Kamis, menurut Capital Economics di London, lapor AFP.

Dalam sebuah konferensi pers setelah the Fed mengakhiri pertemuan dua harinya, Ketua Fed Ben Bernanke mengatakan meski FOMC tidak membuat perubahan secepatnya pada kecepatan pembelian obligasi, kemungkinan laju pembelian akan bervariasi sesuai perkembangan kondisi ekonomi.

Capital Economics menduga pengurangan dan kemudian pengetatan oleh Fed akan memiliki dampak yang terbatas pada negara berkembang, karena tiga alasan; pertama, penghapusan dukungan kebijakan di AS kemungkinan akan menjadi sangat bertahap; kedua, sebagian besar negara berkembang sekarang kurang rentan terhadap kemerosotan dalam kondisi pembiayaan eksternal daripada di masa lalu; terakhir, untuk memperpanjang Fed melakukan kebijakan pengetatan, itu akan bergantung pada penguatan ekonomi AS, ini bisa mendukung pertumbuhan di banyak negara berkembang.

Sejumlah negara-negara dengan kebutuhan pembiayaan eksternal yang besar adalah rentan, tetapi kebanyakan negara berkembang telah mengurangi ketergantungan mereka pada pinjaman luar negeri selama satu dekade terakhir, kata perusahaan analisis ekonomi dalam laporan terbarunya.

"Sementara itu, meskipun ekonomi negara-negara berkembang utama melambat, ini karena masalah domestik ketimbang penuruan dukungan kebijakan di negara maju," bantah laporan tersebut.

Tema besar di negara berkembang selama tahun-tahun mendatang akan bergeser ke pertumbuhan lebih lambat di negara-negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan China). Ini adalah hasil dari pelemahan struktural dalam model pertumbuhan ekonomi masing-masing -- bukan perubahan dalam kebijakan moneter AS, Capital Economics menambahkan. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013