Jakarta (ANTARA News) - Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) pada 3 Juli mendatang akan meluncurkan buku berjudul "The Children of War" tentang upaya anak-anak korban konflik di Indonesia melakukan silaturahmi dan menjalin persahabatan untuk menyembuhkan luka dan dendam lama yang selama ini terjadi.

"Kami sebagai generasi kedua dan ketiga keluarga yang berkonflik di masa lalu melakukan silaturahmi secara sukarela untuk menemukan perdamaian dan kesepakatan," kata Pembina FSAB Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo saat jumpa pers di Jakarta, Senin.

FSAB merupakan forum silaturahmi antara anak-anak para pahlawan revolusi, eks PKI, eks DI/TII dan eks PRRI/Permesta. "The Children of War" diluncurkan untuk memperingati ulang tahun ke-10 FSAB.

Buku yang disusun Nina Pane, Stella Warrouw dan Bernada Triwara Rurit itu menceritakan perjalanan FSAB dan upaya-upaya mengumpulkan anak-anak korban konflik dalam sebuah forum silaturahmi dan menyembuhkan luka dan dendam lama.

"Penyusunan buku ini memerlukan waktu 10 tahun. Selain karena sempat tertunda-tunda, kami juga memerlukan waktu untuk berdiskusi tentang penulisan buku ini," tutur Agus yang merupakan putra pahlawan revolusi Mayjen TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo itu.

Agus mengatakan FSAB ingin berbagi pengalaman dengan masyarakat untuk membangun Indonesia baru yang bisa berdamai dengan masa lalu. Menurut dia, kejadian kelam di masa lalu telah membuat derita bagi generasi kedua dan ketiga, tak hanya korban tetapi juga yang diduga pelaku.

"Kejadian di masa lalu itu harus membuat kita bertanya, mengapa bisa terjadi konflik dan kekerasan? Mengapa kita sebagai sesama anak bangsa bisa saling membantai secara biadab," katanya.

Sementara itu, Sarjono Kartosuwiryo, putra Imam Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Sekarmadji Marijan Kartosoewiryo, mengatakan bahwa konflik besar yang berkepanjangan hanyalah memiliki sebuah kunci yang sebenarnya sangat kecil.

"Kuncinya adalah silaturahmi atau dalam bahasa saat ini kita mengenal `gaul`. Bergaul dengan rekan-rekan di FSAB membuat kami menyadari memiliki mimpi yang sama yaitu negara sejahtera. Kini, kami telah mendapatkan kunci itu," tuturnya.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013