Jakarta (ANTARA News) - Bagi sebagian besar penderita diabetes, menjalankan ibadah puasa memiliki risiko dan tantangan tersendiri.

Dalam acara diskusi tentang pengelolaan diabetes di Jakarta, Selasa, dr. EM Yunir SpPD, KEMD, penyandang diabetes yang berpuasa akan mengalami gangguan homeostatis glukosa dan sekresi glukagon.

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) itu menjelaskan, tanpa sirkulasi insulin yang memadai kondisi tersebut bisa menyebabkan kerusakan glikogen.

Peningkatan glukosa dan keton juga dapat menyebabkan hiperglikemia dan ketoasidosis, tambah dia.

Selain itu, ia menjelaskan, asupan cairan yang terbatas dapat menyebabkan dehidrasi sehingga meningkatkan kekentalan darah dan dapat meningkatkan risiko trombosis.

Namun jika dapat mengelola diabetes dengan baik maka penderita diabetes dapat menjalankan ibadah puasa secara normal.

Dokter EM Yunir menyarankan beberapa kiat mengelola diabetes saat berpuasa sebagai berikut:

  1. Melakukan pemeriksaan gula darah beberapa kali dalam sehari, khususnya pada Diabetes Mellitus tipe 1 dan 2 yang mendapat insulin, agar mengetahui risiko dan cara mengantisipasinya.
  2. Pemeriksaan gula darah bisa dilakukan sebelum berbuka dan dua jam setelah berbuka, sebelum tidur, sebelum sahur, tengah hari dan sesuai kebutuhan.
  3. Sahur dianjurkan dilakukan mendekati imsak dengan mengubah jadwal, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Penyesuaian jumlah dilakukan sesuai dosis obat dan insulin.
  4. Sebaiknya melakukan pembagian porsi makan saat berbuka hingga sahur dengan porsi makan saat sahur 50 persen, setelah taraweh 10 persen dan Maghrib 40 persen dari total kebutuhan kalori per hari.
  5. Pembatalan puasa bisa dilakukan jika terjadi tanda-tanda hipoglikemia atau kadar gula kurang dari 60 mg/dl.


Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013