Jika kami membuat keputusan salah sekarang, kami akan hidup dengan keputusan itu untuk satu dekade ke depan."
Sydney (ANTARA News/AFP) - Fase lompatan ekonomi China yang disokong sumber dayanya bakal berakhir, dan meninggalkan ekonomi di persimpangan jalan atau pakta produktivitas baru untuk meningkatkan daya saing, kata Perdana Menteri Australi,a Kevin Rudd, Kamis.

Dalam pidato kebijakan utama usai menyingkirkan Julia Gillard sebagai pemimpin Australia, Rudd juga mendesak keterlibatan lebih tajam negerinya dengan Asia, khususnya Indonesia untuk menolong transisi ekonomi nasional.

"Jika kami membuat keputusan salah sekarang, kami akan hidup dengan keputusan itu untuk satu dekade ke depan," katanya.

Ia menimpali, "Kepercayaan ada di 2013, bom sumber daya China berakhir. Sumber daya ekspor dan volume komoditas meningkat, tarif yang kami terima untuk yang mereka miliki sekarang turun hampir 25 persen sejak kejayaan mereka, dan mungkin akan jatuh lebih jauh."

Selain itu, ia menilai, "Sekarang kami menemukan pada diri sendiri sebuah titik persilangan untuk ekonomi nasional."

Komentar Rudd muncul saat angka pengangguran di Australia melonjak ke 5,7 persen pada Juni. Angka itu menjadi level tertinggi dalam empat tahun terakhir, karena ekonomi pertambangan mulai diversifikasi ke sumber pertumbuhan.

Australia pertumbuhan ekonominya lebih lambat dibandingkan laju ekspektasi di tiga bulan pertama tahun ini, meningkat 0,6 persen pada kwartal sebelumnya dan 2,5 persen per tahun menunjukkan ledakan investasi pertambangan selama satu dekade dalam kondisi beristirahat.

"Mengelola transisi ekonomi sekarang ini adalah tugas inti dari kebijakan ekonomi Australia. Penting untuk lapangan pekerjaan. Penting untuk infrastruktur," kata Rudd.

Dia mengatakan, mengangkat produktivitas nasional adalah kunci prioritas, menyerukan kerjasama lebih baik antara bisnis, serikat pekerja, dan pemerintah sehingga setiap pihak "mendorong kearah kebijakan strategis yang sama".

"Inti dari agenda daya saing nasional baru harus menjadi sebuah kesepakatan umum untuk meningkatkan pertumbuhan produktivitas tahunan dari level 1,6 persen menjadi dua persen atau lebih," ujarnya.

Sejak menjadi perdana menteri Australia dua minggu lalu, Rudd telah bertemu empat kali dengan Dewan Serikat Buruh Australia dan Dewan Bisnis Australia untuk meminta dukungan mereka untuk kerjasama yang lebih erat.

Daftar agenda termasuk meningkatkan harga energi, kekakuan di pasar tenaga kerja, produktivitas bisnis, birokrasi, pendidikan, kemampuan dan pelatihan, infrastruktur dan usaha kecil.

Rudd mengatakan keterlibatan bisnis yang lebih besar dengan Asia di luar sumber daya dan sektor energi juga diperlukan membantu mengatasi masalah ekonomi.

"Yang benar adalah Australia jauh dibawah apa yang dilakukan Asia di luar sumber daya dan sektor energi," katanya.

Ia menambahkan, "Indonesia contoh klasik, ekonomi pada tahun 2050 menjadi ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Tapi, sekarang Indonesia tidak termasuk dalam 10 mitra dagang kami atau 20 tujuan investasi kami."
(Uu.I028/H-AK)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013