Pangandaran, Ciamis (ANTARA News) - Identifikasi para korban yang sudah enam hari terkubur di rerutuhan atau terapung di laut pasca bencana tsunami semakin sulit dilakukan, sehingga jumlah korban tanpa identitas terus bertambah. "Dalam beberapa kasus penemuan mayat, kondisi korban sudah rusak dan sulit dikenali lagi, korban tetap dilakukan identifikasi dan diambil gambarnya, terutama untuk mengenai pakaian korban," kata Kapolres Ciamis, AKBP Syamsudin Junieb, di Pangandaran, Minggu. Ia menyebutkan selain kondisinya rusak, korban juga rata-rata sudah menimbulkan bau yang menyengat, sehingga penanganannya langsung dikuburkan sesuai dengan prosedur yang ada. "Dalam beberapa hari ini atau ke depan mungkin penemuan jenazah yang tidak teridentifikasi jadi dirinya akan bertambah, terutama korban yang ditemukan di pantai," kata Kapolres. Ia mengatakan pencarian terhadap korban terus dilakukan baik dengan menyisir beberapa sudut lokasi di daratan maupun penyisiran di sepanjang Pantai Selatan. Penyisiran baik dilakukan dengan berjalan kaki juga dengan menggunakan beberapa helikopter yang melakukan pemantauan dari udara. Penyisiran selain dilakukan oleh TNI dan Polri, juga dibantu oleh para relawan, termasuk dibantu oleh belasan ekor anjing pelacak yang sudah "bertugas" di lokasi bencana sejak Selasa lalu. "Mayat yang ditemukan di pantai rata-rata korban yang hanyut dari daerah lain, sebagian berhasil diidentifkkasi, namun sebagian tidak bisa dikenali," kata Kasatreskrim Polres Ciamis, AKP Andi Suhandi. Penyisiran juga dilakukan oleh para keluarga korban yang "penasaran" untuk menemukan kerabatnya. Minggu pagi, korban terakhir yang ditemukan adalah Andi (4), warga Desa Legokjawa, yang ditemukan sekitar pukul 10.30 WIBdi bibir pantai di sana. Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya dan Garut tercatat 439 orang. Sedangkan jumlah orang hilang masih terus bertambah dan dilaporkan oleh keluarganya. (*)

Copyright © ANTARA 2006