Bengkulu Selatan (ANTARA News) - Jika digali secara mendalam, Nusantara memang memiliki beragam destinasi menarik untuk disinggahi termasuk peninggalan sejarah penyebaran agama Islam.

Salah satunya Masjid Al-Manar yang terletak di perkampungan nelayan Pasarbawah, Manna, Bengkulu Selatan yang dibangun tahun 1902 Masehi.

"Dulu, di depan masjid ini ada kolam tempat berwudhu. Namun, saat gempa besar tahun 2000 silam, masjid ini hancur. Ini adalah bangunan baru," kata Supni (76), salah seorang penduduk setempat.

Setelah hancur akibat gempa, Masjid Al-Manar dibangun oleh sejumlah pihak swasta, salah satunya sebuah koran besar nasional.

Masjid yang kini beratap seng warna biru langit, memiliki sebuah menara setinggi 13 meter yang juga dibangun ulang bersamaan dengan masjid.

Supni menjelaskan, sebelum menara hancur mu`azin selalu mengumandangkan azan dari atas menara.

"Wajar, zaman dulu belum ada pengeras suara seperti sekarang. Jadi, kalau mau azan harus naik ke puncak menara terlebih dulu," tambahnya.

Selain menara, di area kompleks Masjid Al-Manar juga terdapat makam Syech Muhammad Amin, salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Bengkulu Selatan yang memprakarsai pembangunan Masjid Al-Manar. Letaknya tepat di sebelah kanan masjid berdampingan dengan menara.

Makam dipayungi cungkup setinggi dua meter dan luas sekitar tiga meter. Ada yang unik dari makam ini, tembok cungkup memiliki ketebalan sekitar 30 centimeter kian memperkuat eksistensi bangunan era kolonial.

"Saat gempa bumi yang terjadi 13 tahun lalu, hanya makam ini yang tidak rusak. Temboknya dibuat sejak zaman Belanda," cerita lelaki yang sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) itu.

Menurut Zainul Busti (79), selaku ahli waris makam menuturkan, Syech Muhammad Amin berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Sebelum tiba dan menyebarkan agama Islam di Manna, Syech Muhammad Amin sempat hijrah ke beberapa tempat, di antaranya Padang dan Kota Bengkulu.

Namun, dia kurang mengetahui secara pasti kapan Syech Muhammad Amin tiba dan wafat di perkampungan nelayan Pasarbawah.

"Yang saya tau dari cerita para orang tua dulu, dia menyebarkan agama Islam melalui ceramah dari satu daerah ke daerah lain," tambah lelaki yang akrab disapa Bus itu.

Masjid Al-Manar ternyata memiliki banyak peranan penting bagi umat Islam di Indonesia.

Inilah saksi bisu perkembangan peradaban Islam di Nusantara, khususnya Tanah Serawai (julukan Bengkulu Selatan karena mayoritas budaya lokal masyarakatnya adalah suku Serawai).

Tertulis di papan kayu bercat putih yang tergantung di depan makam, masjid tersebut didirikan pada tahun 1323 Hijriah atau tahun 1902 dalam kalender Masehi.

Lokasi yang berdekatan dengan objek wisata pantai Pasarbawah, membuat masjid ini sering dikunjungi warga yang hendak berwisata keagamaan atau sekedar mampir menunaikan ibadah salat fardhu.

Berdasarkan pantauan saat ini halaman belakang masjid telah ditumbuhi rumput liar setinggi betis.

Tak hanya itu, beberapa bagian bangunannya juga telah dipenuhi lumut sehingga memudarkan sisi keindahan masjid.

Bendahara Masjid Al-Manar, Hamdani (60), mengatakan kondisi masjid saat ini kian memprihatinkan. Hingga kini, belum ada upaya dari pemerintah untuk merawat salah satu aset bersejarah di Bengkulu Selatan tersebut.

"Kami hanya mengandalkan dana swadaya masyarakat yang iba melihat kondisi masjid," katanya.

Menurut Hamdani, saat bulan Ramadhan seperti sekarang kebanyakan masjid mengadakan beragam kegiatan keagamaan, tapi tidak di Masjid Al-Manar.

Dana keuangan masjid yang kuranglah membuat masjid itu selalu minim kegiatan di saat Ramadhan.

"Kalau jemaah salat Jumat penuh, pendapatan masjid paling besar hanya Rp200 ribu. Uang itu hanya cukup untuk bayar listrik dan air, sisanya disimpan untuk biaya pengecatan masjid," katanya.

Tak hanya sepi kegiatan keagamaan, ternyata masjid itu juga sepi jemaah. Meskipun di bulan Ramadhan jemaah salat Isya, Tarawih, dan Witir kebanyakan diisi kaum ibu dan anak.

"Jemaah lainnya mungkin kecapekan karena pergi melaut seharian. Jadi, mereka belum sempat salat di masjid," tukas Hamdani.

Hamdani yang merupakan pensiunan guru SD itu mengharapkan pemerintah untuk bantu pemeliharaannya, apalagi masjid itu telah dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Bengkulu Selatan.

Dari beberapa sumber, Masjid Al-Manar merupakan masjid tertua di Manna yang memiliki cerita panjang tentang penyebaran agama Islam di Tanah Serawai.

Namun disayangkan, akibat kurang perhatian dan perawatan membuat destinasi yang sarat akan nilai sejarah ini menjadi terbengkalai.

(T013/Z003)

Pewarta: Sugiharto P dan T Subagyo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013