Jakarta (ANTARA News) - Cerita berlatar belakang panorama alam negara lain memang menarik untuk ditonton, apalagi jika negara itu adalah Jepang, negeri bunga sakura yang identik dengan kemajuan teknologi dan kekayaan budaya.

Tampaknya, potensi itulah yang coba diekplor oleh Falcon Pictures dalam garapan film terbarunya "La Tahzan (Jangan Bersedih)".

Film yang disutradarai Danial Rifki itu bercerita soal Viona (Atiqah Hasiholan) yang merantau ke Jepang untuk belajar sambil bekerja.

Suatu saat, Viona bertemu dengan Yamada (Joe Taslim), pria Jepang keturunan Indonesia. Yamada ternyata menaruh hati kepada Viona dan berniat melamar. Namun, untuk bisa meminang Viona, Yamada harus memeluk agama Islam seperti keyakinan Viona.

Di tengah persiapan Yamada menjadi mualaf, teman dekat Viona di masa lalu, Hasan (Ario Bayu), datang. Dari situ, konflik hati antara Viona, Hasan dan Yamada dimulai.

Film berdurasi sekitar 100 menit itu bercerita dengan singkat dan padat. Mulai dari hubungan dekat Viona dan Hasan di Bandung, hingga akhirnya kedua terpisah karena Hasan menjadi pekerja imigran di Jepang.

Begitu pula dengan kisah Viona dan Yamada yang digambarkan mulai saling menyukai itu. Meski digambarkan secara singkat, kisah cinta keduanya tetap terasa kuat dengan bumbu adegan-adegan mesra.

Tambahan panorama Jepang yang bersih dan indah juga menjadi daya tarik film. Penarik film lainnya bisa dikatakan adalah para pelakonnya.

Atiqah Hasiholan, Ario Bayu dan Joe Taslim bukannya pemain film kacangan. Apalagi Joe Taslim, aktor laga itu baru saja bermain di layar Hollywood untuk Fast & Furiuos 6.

Joe mengaku film yang diadaptasi dari buku laris "La Tahzan for Students" itu merupakan kali pertamanya bermain drama.

Kendati demikian, aktor yang mulai bersinar sejak "The Raid" itu menyukai adanya corak dalam aktingnya. Ia pun tak menolak tawaran film dari berbagai genre.

"Lebih ke color (warna) sih, jadi kalau biasanya action itu kesannya dark, hitam atau coklat, main drama itu lebih berwarna ada orenji (jingga), hijau," katanya.

Sementara itu, Atiqah mengaku total melakonkan karakter seperti Viona, gadis Sunda dengan karakter manja, bersuara lembut dan sedikit pemalu.

"Target aku bisa memerankan berbagai karakter semenarik mungkin, sevariatif mungkin. Pokoknya bisa total semeyakinkan mungkin," ujarnya.

Meski berjudul "La Tahzan (Jangan Bersedih)", tidak banyak momentum kesedihan yang tergambar dalam adegan. Satu-satunya penolong penggambaran kesedihan hanyalah latar belakang alunan nyanyian Alm Ustadz Jeffry Al Bukhori. Itu pun hanya di beberapa adegan di bagian akhir film.

Agaknya masih jauh jika berekspektasi mendapatkan kisah luar biasa yang menggugah hati dari film ini. Penulis naskah Jujur Prananto juga mengungkapkan tim tidak punya kekuatan modal untuk mewujudkan semua hal dalam cerita asli.

"Kalau menceritakan soal perjuangan, tentu ini akan jadi film mahal karena harus memperlihatkan realitas yang benar-benar terjadi di sana. Terutama soal bagaimana perjuangan muslim di sana," katanya.

Meski demikian, sisi roman yang ditonjolkan dalam film itu dianggap sebagai salah satu alternatif untuk menghidupkan kisah yang diadaptasi dari cerita berjudul "Pelajar Setengah TKI" karya Ellnovianty Nine dalam buku laris itu.

"Kita ambil dari sudut pandang cinta yang universal dan lebih asyik cara penyampaiannya," ungkap sutradara Danial Rifki soal debut filmnya.

Film ini lebih banyak menggambarkan soal romansa cinta segitiga Viona, Hasan dan Yamada, dengan tambahan rasa religius yang dihadirkan di hampir bagian akhir film tersebut.

Akting berbeda dari Atiqah atau Joe, plus permainan peran oleh Ario yang dalam, membuat film ini cocok ditonton sebagai hiburan. Beberapa adegan-adegan yang diperankan Joe saat terbata-bata berbicara justru menjadi hiburan tersendiri.

Meski ceritanya terkesan singkat dan padat, film ini cukup menghibur, sekaligus memberi gambaran bagaimana hidup orang Indonesia di negeri sakura, baik sebagai pekerja imigran, atau melakukan arubaito (belajar sambil bekerja).

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013