New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia merosot pada Senin (Selasa pagi WIB) setelah mencapai tertinggi satu bulan pada Jumat lalu, karena kekhawatiran tentang pengiriman melalu Terusan Suez agak berkurang sekalipun kekerasan sporadis di Mesir masih berlanjut.

Di perdagangan New York Mercantile Exchange, per barel minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September menyerah 36 sen menjadi berakhir pada 107,10 dolar AS.

Kontrak utama London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, turun 50 sen menjadi menetap di 109,90 dolar AS setelah sebelumnya mencapai 111 dolar AS per barel.

Namun demikian berlanjutnya pemogokan yang telah menghambat operasi produksi dan pengiriman minyak Libya selama berminggu-minggu terus mendukung harga, kata analis.

"Harga minyak mentah terus menarik dukungan dari kerusuhan di Mesir dan pemogokan di terminal-terminal ekspor Libya yang telah meningkatkan kekhawatiran atas pasokan, menambah premi risiko geopolitik pada harga," kata Timothy Evans di Citi Futures.

"Minyak mentah Brent telah sangat kuat, mencapai tingkat tertinggi sejak April."

Pertumpahan darah di Mesir berlanjut pada Senin karena kelompok militan membunuh 25 polisi dalam sebuah serangan di semenanjung Sinai, beberapa jam setelah 37 anggota Ikhwanul Muslimin meninggal dunia saat dalam tahanan polisi.

Kematian baru terjadi setelah kepala militer Mesir berjanji akan merespon "kuat" setiap kerusuhan yang bergolak di negara Arab berpenduduk terbesar itu.

Serangan di Sinai menimbulkan kekhawatiran kembalinya gelombang mematikan kekerasan kelompok Muslim yang melanda negara itu pada 1990-an.

"Masih ada beberapa kekhawatiran tentang pasokan minyak yang melewati Terusan Suez dan saluran pipa Sumed di tengah kekerasan di Mesir, meskipun situasi pasar lebih lemah," kata Desmond Chua, seorang analis pasar di CMC Markets.

Terusan Suez membawa sekitar 2,5 juta barel minyak per hari, atau 2,7 persen dari pasokan global.

"Harga minyak tetap didukung oleh situasi di Mesir karena kekhawatiran bisa menyebar ke seluruh Timur Tengah," katanya kepada AFP.

(A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013