Jakarta (ANTARA News) - Jaringan Diaspora Indonesia di Perth, Australia Barat, memperkenalkan pewarna ramah lingkungan untuk batik printing.

Ketua tim penggagas pewarna batik yang diberi nama Tekactive, Fritz Tedjakuntara di Jakarta, Selasa, mengatakan produknya tersebut mampu mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan pewarna batik konvensional hingga 50 persen.

"Pada pewarna batik konvensional, air limbah yang dihasilkan bisa mencapai 25 persen dari pewarna yang digunakan pada serat tekstil. Sementara untuk mengolah limbah tersebut diperlukan biaya 70 hingga 120 dolar AS per meter kubiknya," kata Fritz.

Oleh karena itu, penggunaan Tekactive juga dapat memberikan manfaat efisiensi kepada pengusaha batik printing di Indonesia, selain mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan.

Fritz menambahkan, tekactive juga mematok harga yang lebih murah ketimbang pewarna konvensional untuk  pangsa UKM di Indonesia, seperti di Pekalongan, Solo, Jogja, dan Madura.

Harga yang dipatok berkisar 2 hingga 6 dolar AS per kilogram yang dapat digunakan untuk 10 meter kain batik. Harga tersebut lebih hemat 25 persen dengan pewarna konvensional yang biasa digunakan industri batik saat ini.

Selain lebih murah, keunggulan lain dari pewarna Tekactive adalah prosesnya lebih pendek dan tidak tergantung cuaca, hemat energi, warna tahan lebih lama, serta kualitas warna yang lebih baik.

Fritz bersama timnya hadir di Balai Sidang Jakarta (JCC) untuk menjadi pembicara dalam sesi satuan kerja "Green Economy" di Kongres Diaspora Indonesia (KDI) II pada 18-20 Agustus 2013.

(T.A060/B/N002/N002) 20-08-2013 16:22:29

Pewarta: Azi Fitriyanti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013