Harus ada kejelasan mengenai apa yang terjadi dan situasi ini harus diikuti dengan hati-hati,
New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB mencari kejelasan atas klaim pihak oposisi bahwa tentara Suriah telah menggunakan senjata kimia dalam serangan di dekat Damaskus, kata Duta Besar Argentina untuk PBB yang saat ini menjadi Presiden DK PBB, Rabu.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon sebelumnya menyatakan ia "terkejut" dengan laporan itu dan bahwa pakar senjata PBB yang berada di Suriah untuk mengusut tudingan sebelumnya tengah membicarakan masalah itu dengan Damaskus.

"Harus ada kejelasan mengenai apa yang terjadi dan situasi ini harus diikuti dengan hati-hati," kata Dubes Argentina Maria Cristina Perceval setelah pertemuan tertutup DK PBB.

Anggota Dewan -- yang diberi penjelasan singkat oleh Wakil Sekjen Jan Eliasson -- "menyambut baik penetapan sekjen untuk menjamin penyelidikan yang menyeluruh, tidak memihak dan cepat," katanya.

Perceval, yang negaranya memimpin DK PBB untuk Agustus, mengatakan anggota Dewan menyatakan keprihatinan mendalam terkait tudingan yang dilontarkan oposisi Suriah.

Muncul "desakan kuat untuk menghentikan kekerasan dan gencatan senjata," katanya.

Kelompok oposisi Suriah mengklaim sebanyak 1.300 orang tewas dalam serangan senjata kimia pada Rabu di kawasan pemberontak dekat Damaskus.

Video yang disebarkan oleh pegiat, yang keotentikannya belum bisa dipastikan, menunjukkan petugas kesehatan tengah menangani anak-anak yang sesak napas dan rumah sakit kewalahan menangani pasien.

"Semua anggota Dewan sepakat bahwa setiap penggunaan senjata kimia oleh pihak manapun dalam kondisi apapun adalah pelanggaran hukum internasional," kata Perceval seraya menggarisbawahi perlunya "bantuan kemanusiaan segera untuk para korban."

DK PBB tidak mengeluarkan pernyataan resmi di akhir pertemuan tersebut.

Para diplomat mengatakan Rusia dan China -- yang selalu mendukung Suriah sejak awal krisis -- menentang dikeluarkannya pernyataan resmi.

Anggota Dewan seperti Prancis, Inggris, AS, Luksemburg dan Korea Selatan meminta dilakukannya pertemuan pada Rabu itu.

Beberapa anggota DK PBB seperti AS dan Prancis meminta agar tim PBB segera dikirim ke lokasi kejadian untuk penyelidikan.

Washington meminta agar Suriah segera memberikan akses ke lokasi tersebut, sementara Rusia, sekutu dekat pemerintah Suriah, menyebut klaim pihak oposisi itu sebagai "provokasi."

Inggris, Prancis, Jerman dan AS telah mengirim permintaan resmi ke kantor Sekjen PBB untuk penyelidikan atas insiden tersebut.

Menurut para diplomat, surat bersama tersebut mengutip "laporan yang kredibel mengenai penggunaan senjata kimia."

"Kami mendesak anda untuk melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menjamin bahwa misi PBB memiliki akses segera ke semua lokasi yang relevan dan sumber-sumber informasi," demikian surat tersebut.

Sebelumnya, seorang diplomat PBB mengatakan sulit bagi PBB untuk menyelidiki insiden tersebut karena lokasi serangan itu tidak termasuk dalam tiga lokasi yang disetujui oleh pemerintah Suriah bagi tim inspeksi PBB.

Itu artinya, kepala tim pakar PBB di Suriah, Ake Sellstrom dari Swedia harus melakukan negosiasi untuk akses ke lokasi baru dengan pihak berwenang Suriah, kata diplomat tersebut.

Sebuah pernyataan PBB mengatakan tim Sellstrom "mengikuti perkembangan situasi di Suriah dengan hati-hati, dan tetap menjalankan proses penyelidikan seperti yang dimandatkan oleh Sekjen PBB.

"Profesor Sellstrom masih melakukan pembicaraan dengan pemerintah Suriah mengenai segala isu berkaitan dengan dugaan penggunaan senjata kimia, termasuk insiden terakhir ini."

Eliasson mengatakan PBB berharap para pakar "akan diberi akses ke lokasi tersebut oleh pemerintah" namu mengakui bahwa "situasi keamanan saat ini tidak memungkinkan untuk akses tersebut."

"Ini menunjukkan eskalasi yang serius," kata Eliasson. "Sangat dibutuhkan penghentian kekerasan di kawasan-kawasan tertentu dan juga kawasan-kawasan lain."

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013