Jakarta (ANTARA News) - Penyayang binatang punya banyak cara untuk memperlihatkan kecintaannya, termasuk Didi Almeyda yang menulis buku tentang kucingnya bernama Pacoh. 

Uniknya, dia bercerita lewat sudut pandang si kucing jantan yang mengusung semboyan "ganteng gagah mempesona".

Dalam buku bertajuk "Pacoh, Ketika Kucing Bicara", kucing berwarna putih hitam dengan corak tompel khas di mata kirinya itu bercerita tentang kesehariannya tinggal bersama Emak (ibu Pacoh), Zuma (kucing putih berbulu panjang), serta Mamih (Didi) si "manusia peliharaan" miliknya.

Tidak hanya kisah ringan menghibur yang diungkapkan Pacoh, dia juga membahas tentang pentingnya vaksin, toksoplasma, dan beberapa penyakit kucing seperti chlamydia hingga kanker ganas yang menyerang Emak dalam novel setebal 234 halaman.

Menyandang status sebagai bos, kucing yang Desember ini menginjak usia enam tahun itu juga memiliki perusahaan "talent Mempesona Entertainment" di mana dia menyewakan talent kucing (Zuma) dan manusia (Mamih) untuk berbagai acara. 

Didi kerap hanya membawa Zuma, kucing yang disebut Pacoh sebagai "anak tiri" ke acara-acara pecinta kucing, pemotretan, atau stand edukasi karena Pacoh "terlalu sibuk rapat". Pacoh memang digambarkan sebagai kucing bossy yang galak dan sombong, seperti kepribadian aslinya di rumah.

"Pacoh galak, heboh mengeong kalau mau masuk mobil, jadi Pacoh selalu beralasan dia sibuk meeting dan pihak penyelenggara tidak sanggup membayar dia yang biayanya bermiliar-miliar," seloroh Didi pada Antara News.

Di mata Didi, Pacoh adalah kucing paling komunikatif di rumahnya. 

"Dia bisa berkomunikasi dua arah, dia bisa mengatakan apa yang dia inginkan dan sebaliknya," jelas perempuan yang mendalami Ilmu Komunikasi di bangku kuliah. 

Saat ingin makan, misalnya, Pacoh akan mengeong dan pergi mendahului ke dapur lalu berhenti di depan piring kosongnya atau kulkas berisi ikan. Bila keinginannya tidak segera dituruti, dia akan menggigit kaki orang yang diajaknya "bicara".

"Di malam hari, dia akan masuk ke kamar dan protes kalau lampu kamar belum mati dan AC tidak menyala," lanjut Didi yang yakin bahwa manusia dapat berkomunikasi dengan binatang, verbal maupun non verbal.

Saat "menyuruh" Didi menyalakan AC, Pacoh akan naik ke atas lemari dan mengeong sambil memejamkan matanya seakan menunjukkan bahwa dirinya ingin segera tidur.

Sebelum dipublikasikan dalam bentuk buku, Didi menghidupkan tokoh Pacoh lewat Facebook 2009 silam. 

"Awalnya saya membuat akun Pacoh untuk bermain game online tanpa mengganggu akun sendiri," ujar Didi.

"Tapi setelah itu saya mulai update status Pacoh dengan bahasa manusia, namun isinya khas kucing," lanjut perempuan yang mulai menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.

Status tentang dirinya, Mamih, dan lingkungan sekitar rupanya disenangi para manusia yang satu persatu menjadi temannya di Facebook. Media sosial lain seperti Twitter pun tidak luput dari sentuhan Pacoh.

"Saat ini Pacoh punya sekitar 1300 teman di Facebook, dia selalu di-add, tidak pernah meng-add," kata Didi bangga.

Sejak 2010, perempuan yang pernah berkarir sebagai wartawan itu sudah berencana membukukan kisah Pacoh yang merupakan karya pertamanya. Bahkan, beberapa penerbit sudah menyatakan ketertarikannya. Namun, kesibukannya membuat rencana itu tertunda. 

Didi pun harus memanfaatkan waktu luang di sela-sela pekerjaannya sebagai social media officer saat itu. Setelah sebulan menulis, mimpinya menyelesaikan buku tentang "kucing gaol" akhirnya terwujud dan "Pacoh, Ketika Kucing Bicara" akhirnya dirilis Januari silam.

Perempuan yang kini fokus menjadi penulis juga mengungkapkan rencana terbitnya buku kedua Pacoh. 

Didi juga punya mimpi untuk membuat Pacoh menjadi tokoh yang merambah banyak bentuk, yang detilnya belum bisa dibocorkan.

"Intinya sih, akan ada 'Pacoh Invasion', di mana Pacoh menyerbu fansnya dengan berbagai hal," beber dia.

Oleh Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013