Saya pikir, perasaan luar biasa adalah rasa benar-benar galau dan ketakutan mengerikan tentang yang mungkin terjadi dalam beberapa pekan ke depan."
Vatikan (ANTARA News) - Paus Fransiskus dan Raja Abdullah dari Yordania pada Kamis sepakat bahwa pembicaraan adalah satu-satunya pilihan untuk mengakhiri kemelut di Suriah, kata Vatikan, saat Amerika Serikat dan sekutunya menimbang rencana serangan.

Abdullah terbang ke Roma khusus untuk menemui Sri Paus guna membahas kemelut Timur Tengah. Raja, Ratu Rania dan Paus berbicara secara pribadi selama 20 menit di istana Kerasulan Vatikan, lapor Reuters.

Raja dan Paus menegaskan bahwa upaya pembicaraan dan perundingan di antara semua unsur masyarakat Suriah, dengan dukungan masyarakat dunia, adalah satunya pilihan untuk mengakhiri kemelut dan kekerasan, yang tiap hari mengakibatkan banyak nyawa manusia hilang, hampir semua warga tak berdaya, kata pernyataan Vatikan.

Pada Minggu, Paus berbicara tentang "tindakan mengerikan" menyusul serangan gas beracun, yang penduduk di sekitar Damsyik katakan membunuh ratusan orang.

Paus dan raja itu bertemu sehari sesudah pejabat Amerika Serikat menjelaskan rencana serangan banyak negara atas Suriah, yang dapat berlangsung berhari-hari, dan seperti kata Washington serta sekutu Eropa dan Timur Tengah-nya katakan bahwa Presiden Suriah Bashar Assad harus bertanggung-jawab atas penggunaan senjata terlarang terhadap rakyatnya.

Sebagian besar warga Jerman menentang gempuran Barat terhadap Suriah setelah serangan kimia diduga dilakukan tentara Presiden Bashar Assad, kata jajak pendapat, yang diterbitkan pada Kamis.

Lima puluh delapan persen dari yang ditanya menyatakan menolak tanggapan tentara, sementara 33 persen mengatakan mendukungnya, kata jajak pendapat untuk televisi publik ZDF, yang mengatakan sembilan persen tidak memberi suara.

Jika tindakan tentara pimpinan Amerika Serikat berlangsung, 41 persen menyatakan percaya Jerman harus memberi iuran keuangan dan peralatan, berbanding 55 persen tidak setuju.

Jajak pendapat Politbarometer lewat telepon itu dilakukan pada 26-28 Agustus di antara 1.348 orang.

Jerman menyatakan akan mendukung "akibat" terhadap penguasa Suriah itu jika pmenggunaan senjata kimia mematikan itu dipastikan. Berlin belum menentukan "akibat" itu.

Uskup Agung Canterbury mendesak Perdana Menteri Inggris David Cameron tidak terburu-buru memutuskan serangan terhadap Suriah, dengan memperingatkan bahwa tindakan itu dapat berdampak tak terduga di dunia Muslim.

Welby, pemimpin gereja Anglikan, yang beranggota 80 juta orang, menyatakan anggota parlemen harus yakin tentang kenyataan sebelum bertindak dalam keadaan benar-benar sulit dan berbahaya.

"Yang anggota parlemen harus ingat dalam yang akan menjadi perdebatan sangat sulit adalah pertama, apakah kita yakin akan bukti di lapangan?" katanya.

"Kedua, apakah mungkin memberi tanggapan sesuai secara hati-hati, termasuk angkatan bersenjata, jika Anda yakin tentang kenyataan di lapangan, yang tidak memiliki dampak tak terduga di seluruh Arab dan dunia Muslim?" katanya.

Dengan menambahkan bahwa keadaan sangat rumit, ia menggambarkan suasana hati pemeluk Kristen di kawasan itu.

"Saya pikir, perasaan luar biasa adalah rasa benar-benar galau dan ketakutan mengerikan tentang yang mungkin terjadi dalam beberapa pekan ke depan," katanya. (B002/RN)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013