Kami sudah mendapat dukungan dari Menteri BUMN dan jajarannya serta Menteri Kesehatan untuk memproduksi `stem cell` dan `proteomik` secara massal pada 2014, bahkan ITD Unair juga menjadi pusat riset terbaik yang mendapat Anugerah Prayogasala dari Kem
Surabaya (ANTARA News) - "Institute of Tropical Disease" atau Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga Surabaya siap mengembangkan "stem cell" (sel induk) untuk mengatasi kerusakan organ tubuh dan "proteomik" (rekayasa protein) untuk mengatasi impor hewan/ tumbuhan.

"Kami sudah mendapat dukungan dari Menteri BUMN dan jajarannya serta Menteri Kesehatan untuk memproduksi `stem cell` dan `proteomik` secara massal pada 2014, bahkan ITD Unair juga menjadi pusat riset terbaik yang mendapat Anugerah Prayogasala dari Kemenristek," kata Kepala ITD/LPT Unair Surabaya Prof Nasronudin MD PhD di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, Menteri BUMN Dahlan Iskan sendiri sudah menghibahkan sarana laboratorium untuk "stem cell" senilai Rp4 miliar, kemudian Menteri Kesehatan juga sudah menunjuk Unair untuk mengembangkan "stem cell" dengan jaminan etika yang dapat dipertanggungjawabkan.

"Stem cell merupakan rekayasa sel yang dapat memulihkan sel yang hancur, misalnya tulang yang remuk akan pulih dengan hanya menempelkan sel induk, sedangkan proteomik merupakan rekayasa protein untuk enzim penggemukan sapi, enzim penghancur limbah, enzim pemisah tinta dari kertas untuk daur ulang, dan sebagainya," katanya.

Tentang Anugerah Prayogasala yang diterima ITD Unair dari Menristek Prof Dr Ir H Gusti Muhammad Hatta MS pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2013 di Jakarta (29/8), ia mengatakan hal itu merupakan apresiasi terhadap ITD Unair yang sudah mengantongi poin dari KNAPPP (Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian Pengembangan).

"Itu semacam ISO dalam bidang manajemen dan hanya diterima tiga dari puluhan lembaga riset di Indonesia yang menerimanya yakni ITD Unair, Center for Pulp and Paper, dan Batan Jakarta. Jadi, ITD Unair sudah diakui dalam berbagai indikator, di antaranya pengembangan kelembagaan dan jejaring, publikasi imliah tingkat nasional dan internasional, paten dan HAKI, keaktifan untuk menjadi narasumber, serta jumlah kunjungan lembaga riset lain," katanya.

Untuk lebih mengembangkan ITD Unair, katanya, pihaknya akan mengubah arah kebijakan dari 60 persen penelitian ilmiah dan 40 proses bio-produk menjadi 60 persen bio-produk dan 40 persen penelitian ilmiah, tentu melalui sinergi tiga pihak (ABG) yakni Academic, Business, dan Government.

"Dalam kaitan itulah, kami akan mengembangkan 16 kelompok riset bio-produk dengan fokus pada tiga kelompok riset yakni stem cell, proteomik, dan herbal. Untuk stem cell, kami akan masuk skala produksi pada 2014 melalui kerja sama dengan Kimia Farma yang sudah didukung Pak Dahlan Iskan," katanya.

Sementara itu, proteomik untuk skala produksi juga bekerja sama dengan berbagai lembaga pada tahun 2014, di antaranya dengan Pusat Pengembangan Kepala Sawit (PPKS) di Medan, RPN di Bogor, dan sebagainya, termasuk dengan pihak di Timor Leste.

"Untuk kerja sama dengan PPKS di Medan, kami akan melakukan penggemukan sapi, sedangkan kerja sama dengan lembaga di Timor Leste justru untuk penggemukan kambing. Dengan rekayasa enzim, saya kira kebutuhan sapi 14,6 juta ton pada tahun ini akan terpenuhi," katanya.

Lain halnya dengan bio-produk di bidang herbal. "Kami sudah bekerja sama dengan lembaga riset di Jepang, namun kontraknya akan habis tahun 2014 dan akan kami lanjutkan melalui kerja sama dengan LIPI, di antaranya pengembangan anti-virus malaria, pil KB pria, dan sebagainya," katanya.

Untuk pemanfaatan virus anti-malaria, pihaknya bekerja sama dengan Rumah Sakit TNI AD untuk mendukung prajurit yang bertugas di luar negeri dan kawasan perbatasan yang rawan dengan malaria, sedangkan pil KB pria akan disinergikan dengan BKKBN. "Untuk produksi secara massal, kami bekerja sama dengan Bio Farma, Indo Farma, dan sebagainya," katanya.

Sementara itu, Webometrics baru saja mengumumkan peringkat perguruan tinggi baik dalam skala nasional maupun internasional. Pada periode Agustus 2013, ada tren penurunan peringkat perguruan tinggi Indonesia di jajaran top universitas dunia (500 besar), misalnya ITB turun 103 peringkat, UGM turun 200 peringkat, dan UI turun 72 peringkat.

"Unair juga mengalami penurunan signifikan, sekitar 475 peringkat dunia. Namun, penurunan peringkat dunia ini tidak berbanding lurus dengan posisi Unair di peringkat Nasional. Saat tren peringkat menurun baik nasional maupun internasional, Unair justru mengalami peningkatan peringkat nasional yakni 11 (Juli 2012), 10 (Februari 2013), dan 9 (Agustus 2013)," kata Direktur Sistem Informasi Unair, Dr Ir Soegianto Soelistiono MSi.

(E011/N002)

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013