Putrajaya (ANTARA News) - Negara Muslim hari Kamis mengecam keras pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan penahanan pejabat Palestina. "Kami mengecam keras pendudukan Israel atas tanah Palestina dan serangan tanpa hentinya terhadap rakyat Palestina," kata pernyataan negara kunci dari ke-57 anggota Organisasi Konferensi Islam (OIC). "Kami juga mengecam Israel atas penangkapan dan penahanan menteri kabinet, pejabat pemerintah dan warga lain Palestina serta menyeru pembebasan segera dan tanpa syarat seluruh orang Palestina, yang ditahan Israel," tambah pernyataan itu. Enampuluh empat anggota pemerintah Palestina pimpinan unsur Hamas, termasuk sepertiga anggota kabinet dan 26 anggota parlemen, ditangkap dalam gerakan besar-besaran Israel di daerah pendudukan Tepi Barat pada 29 Juni. Pada hari Selasa, Menteri urusan Tahanan Palestina Wasfi Kabha menyatakan dibebaskan sesudah lebih dari sebulan ditahan Israel. Menteri Perencanaan Samir Abu Eisheh dibebaskan bulan Juli. Pernyataan hari Kamis itu dikeluarkan pada pertemuan darurat OIC di Malaysia, yang bersidang untuk merumuskan tanggapan bersama Islam terhadap kemelut berdarah tiga pekan di Timur Tengah. Pemuda Malaysia dan Indonesia hari Kamis mendesak OIC bertindak tegas untuk menyelamatkan bangsa dan rakyat Libanon dan Palestina dari serangan Israel. Mereka mengharapkan OIC sebagai perhimpunan antarbangsa dapat melakukan sesuatu untuk mengembalikan hak asasi manusia warga tak berdosa kedua negara itu, kata Ketua Majelis Pemuda Malaysia Shamsul Anuar Nasarah seperti dikutip kantor berita Malaysia Bernama. Pada hari itu juga, Sekretaris Jenderal OIC Ekmeledin Ihsanoglu menyatakan perhimpunannya memrakarsai upaya bantuan besar-besaran guna memperluas bantuan bagi rakyat terkepung di Libanon dan Palestina. Negara Muslim hari Kamis menyatakan bisa mengirim pasukan ke Libanon jika penempatan pasukan antarbangsa di negara itu berada di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada pertemuan darurat OIC di Putrajaya, Malaysia, Ekmeledin menyatakan negara Muslim siap menyumbang pasukan jika berada di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Banyak negara telah menyatakan kesediaan mengirim pasukan penjaga perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa," katanya. Ia menyatakan pasukan tersebut hendaknya merupakan bagian dari perluasan Unifil, pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon, yang dibentuk untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari Libanon tahun 1978, 22 tahun sebelum tentara Israel benar-benar meninggalkan wilayah itu tahun 2000. Pejuang Hizbullah sangat berhutang budi untuk mengahiri pendudukan Israel, namun tentara Israel kini kembali ke Libanon selatan menyusul penculikan dua serdadunya oleh pejuang Hizbullah pada 12 Juli. Unifil, salah satu gerakan penjagaan perdamaian tertua dari badan dunia itu, masih memiliki sekitar 2.000 tentara di Libanon.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006